JAKARTA. Pihak Kepolisian Republik Indonesia baru-baru ini membekuk enam warga Malaysia yang tergabung dalam sindikat pencurian data dan pembobol kartu ATM. Para pelaku ditangkap saat akan melakukan perjalanan dari Medan, Sumatera Utara, menuju Johor Baru, Malaysia, lewat Singapura.Kalangan perbankan mengkhawatirkan pembobolan rekening melalui ATM yang marak terjadi ini. Direktur Ritel Banking PT Bank Permata (PermataBank) Tbk Bianto Surodjo menyatakan, kejadian tersebut, meski tidak terjadi di PermataBank, dapat mengganggu upaya transaksi non-tunai kepada masyarakat.Karena itu, menurutnya, perusahaan selalu mengadakan antisipasi diantaranya dengan cara terus melakukan edukasi nasabah agar mengubah personal identification number atau nomor PIN secara berkala dan tetap menyimpan kartu debet/ ATM di tempat yang aman.Lebih lanjut Bianto mengatakan, beberapa kasus penipuan disebabkan oleh penggunanya. Kendati begitu, Bianto mengakui bahwa sistem teknologi kartu debit saat ini masih lemah.Ia menyebutkan, mayoritas kartu debit masih berteknologi magnetik sehingga masih dapat terjadinya tindak kejahatan. PermataBank saat ini tengah mengembangkan teknologi untuk mengganti sistem magnetik menjadi cip. "Proses peralihan akan dimulai tahun depan," ujarnya.Menurutnya, jika masyarakat takut melakukan transaksi non-tunai, pendapatan perbankan berbasis komisi atau fee based income, dikhawatirkan menurun. Bank Permata, tahun ini menargetkan pertumbuhan transaksi penggunaan kartu debit dan kartu kreditnya sebesar 30%-35%.Catatan saja, Bank Indonesia (BI) mulai menggalakkan program less cash society sejak 2010. Masyarakat didorong menggunakan kartu debit dan kartu kreditnya dalam aktivitas pembayaran.Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat telah terjadi 11 kasus pengaduan nasabah tentang pembobolan rekeningnya melalui ATM. Laporan pengaduan tersebut terhitung sejak pengalihan pengawasan dari BI, yakni 1 Januari 2014.Awal pekan kemarin, para pelaku pembobol ATM berhasil melakukan aksi kejahatan terhadap 112 nasabah salah satu bank swasta nasional senilai Rp 1,2 miliar. Setelah menguras isi ATM, mereka menukarnya ke dalam mata uang asing, seperti dollar Amerika, dollar Singapura, dan baht Thailand.Pelaku diduga berjumlah 21 orang. Enam orang pelaku teridentifikasi bernama Lee Chee Kheng (31), Ooi Choo Aun (42), Saw Hing Woo (27), Khor Chee Sean (26), Ong Lung Win (24), dan Khor Chee Sean (26). Saat ini, para pelaku telah diamankan dan dibawa ke Mabes Polri.Dalam penangkapan tersebut, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa uang berbagai mata uang, yakni Rp 26 juta, 63.000 dollar Singapura, 6.000 uang dollar AS, dan 600 baht Thailand. Jika dijumlahkan, uang tersebut senilai dengan Rp 726 juta.Akibat perbuatannya, para pelaku yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka itu dapat disangka dengan Pasal 363 KUHP tentang Pencurian, Pasal 48 jo Pasal 32 UU No 11 Tahun 2008 tentang UU ITE, serta Pasal 3, 4, dan 5 UU No 8 Tahun 2010 tentang TPPU.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pembobolan ATM hambat penerapan less cash society
JAKARTA. Pihak Kepolisian Republik Indonesia baru-baru ini membekuk enam warga Malaysia yang tergabung dalam sindikat pencurian data dan pembobol kartu ATM. Para pelaku ditangkap saat akan melakukan perjalanan dari Medan, Sumatera Utara, menuju Johor Baru, Malaysia, lewat Singapura.Kalangan perbankan mengkhawatirkan pembobolan rekening melalui ATM yang marak terjadi ini. Direktur Ritel Banking PT Bank Permata (PermataBank) Tbk Bianto Surodjo menyatakan, kejadian tersebut, meski tidak terjadi di PermataBank, dapat mengganggu upaya transaksi non-tunai kepada masyarakat.Karena itu, menurutnya, perusahaan selalu mengadakan antisipasi diantaranya dengan cara terus melakukan edukasi nasabah agar mengubah personal identification number atau nomor PIN secara berkala dan tetap menyimpan kartu debet/ ATM di tempat yang aman.Lebih lanjut Bianto mengatakan, beberapa kasus penipuan disebabkan oleh penggunanya. Kendati begitu, Bianto mengakui bahwa sistem teknologi kartu debit saat ini masih lemah.Ia menyebutkan, mayoritas kartu debit masih berteknologi magnetik sehingga masih dapat terjadinya tindak kejahatan. PermataBank saat ini tengah mengembangkan teknologi untuk mengganti sistem magnetik menjadi cip. "Proses peralihan akan dimulai tahun depan," ujarnya.Menurutnya, jika masyarakat takut melakukan transaksi non-tunai, pendapatan perbankan berbasis komisi atau fee based income, dikhawatirkan menurun. Bank Permata, tahun ini menargetkan pertumbuhan transaksi penggunaan kartu debit dan kartu kreditnya sebesar 30%-35%.Catatan saja, Bank Indonesia (BI) mulai menggalakkan program less cash society sejak 2010. Masyarakat didorong menggunakan kartu debit dan kartu kreditnya dalam aktivitas pembayaran.Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat telah terjadi 11 kasus pengaduan nasabah tentang pembobolan rekeningnya melalui ATM. Laporan pengaduan tersebut terhitung sejak pengalihan pengawasan dari BI, yakni 1 Januari 2014.Awal pekan kemarin, para pelaku pembobol ATM berhasil melakukan aksi kejahatan terhadap 112 nasabah salah satu bank swasta nasional senilai Rp 1,2 miliar. Setelah menguras isi ATM, mereka menukarnya ke dalam mata uang asing, seperti dollar Amerika, dollar Singapura, dan baht Thailand.Pelaku diduga berjumlah 21 orang. Enam orang pelaku teridentifikasi bernama Lee Chee Kheng (31), Ooi Choo Aun (42), Saw Hing Woo (27), Khor Chee Sean (26), Ong Lung Win (24), dan Khor Chee Sean (26). Saat ini, para pelaku telah diamankan dan dibawa ke Mabes Polri.Dalam penangkapan tersebut, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa uang berbagai mata uang, yakni Rp 26 juta, 63.000 dollar Singapura, 6.000 uang dollar AS, dan 600 baht Thailand. Jika dijumlahkan, uang tersebut senilai dengan Rp 726 juta.Akibat perbuatannya, para pelaku yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka itu dapat disangka dengan Pasal 363 KUHP tentang Pencurian, Pasal 48 jo Pasal 32 UU No 11 Tahun 2008 tentang UU ITE, serta Pasal 3, 4, dan 5 UU No 8 Tahun 2010 tentang TPPU.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News