JAKARTA. Ekspansi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) keluar negeri kembali tersendat, beberapa di antaranya adalah China dan Malaysia. Pembukaan kantor cabang di China yang diperkirakan akan berlangsung Juli terpaksa harus molor hingga Oktober 2011. Asas resiprokal belum berpihak pada bank pelat merah ini lantaran regulator China tak mudah memberikan izin pembukaan kantor cabang bank asing seperti yang terjadi di Indonesia. "Kami masih membutuhkan waktu untuk membuka cabang di China karena prosedur pembukaan cabang di sana cukup banyak levelnya," ungkap, Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, usai acara Banking Service Excellence Award 2011, kemarin malam. Sudah bertahun-tahun Mandiri belum bisa menembus regulasi di kedua negara ini. Zulkifli menjelaskan, tingkatan level yang harus dipenuhi oleh bank berkode saham BMRI ini adalah kesiapan lokasi, kesiapan sumber daya manusia, kesiapan Sistem Operational Prosedur (SOP). Kemudian setelah itu selesai, hasilnya masih perlu diaudit oleh otoritas di Negeri Tirai Bambu tersebut. "Setelah menyelesaikan level, kami masih perlu melakukan audit, lalu setelah audit masih perlu dinyatakan siap atau tidak. Dan terakhir kami perlu meminta izin beroperasi di sana," tambahnya. Dari keputusan otoritas perbankan setempat, setelah memperoleh izin pembukaan cabang pun pergerakan bank asing di China dibatasi oleh aturan setempat. Setelah resmi dibuka nanti, selama dua tahun awal BMRI hanya boleh melakukan transaksi bisnis dan memperoleh simpanan dalam mata dollar Amerika Serikat dan tidak boleh menggunakan yuan (renminbi), serta tidak boleh menerima simpanan dari warga China, artinya hanya boleh menerima deposit dari luar warga China. Menurutnya, pembukaan cabang di Shanghai-China itu sangat feasible. Karena, untuk mendukung bisnis dari pengusaha-pengusaha lokal yang punya usaha di China ataupun bagi para nasabah atau debitur yang beroperasi di sana. "Kita berharap investasi yang kita alokasikan di sana dapat feasible, cuma waktunya jadi lebih panjang dari perkiraan semula," tuturnya. Tak hanya di China bank Mandiri kesulitan kendala pembukaan cabang, tetapi di Malaysian pun bank BUMN ini mengalami kendala. Pasalnya Otoritas perbankan di negeri jiran tersebut sangat ketat dalam menerapkan regulasi bagi bank asing yang mau beroperasi di negaranya. Bos bank Mandiri ini mengatakan, pembukaan cabang di Malaysia juga tidak mudah, seperti persyaratan modal bank harus 300 juta ringgit, sementara BMRI merasa keberatan dengan modal tersebut yang dinilai terlalu besar, akhirnya bank Mandiri mencoba melakukan negosiasi secara bertahap. Untuk persyaratan modal pun, Mandiri telah melakukan negosiasi dengan permintaan modal 50 juta ringgit kepada otoritas di sana. Selain itu, pembukaan cabang di sana, Mandiri tidak dalam bentuk cabang namun harus berbentuk subsidiary. Selama proses lobi berlangsung, bank berpelat merah ini pun terus melakukan komunikasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk meminta dukungan pembukaan cabang di China. Zulkifli mengungkapkan, tidak hanya BI yang memberikan dukungan ekspansi bisnis di sana, namun Presiden dan Wakil Presiden juga terus melakukan komunikasi di negeri tembok China tersebut.
Pembukaan kantor cabang Mandiri di China dan Malaysia masih tersendat regulasi
JAKARTA. Ekspansi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) keluar negeri kembali tersendat, beberapa di antaranya adalah China dan Malaysia. Pembukaan kantor cabang di China yang diperkirakan akan berlangsung Juli terpaksa harus molor hingga Oktober 2011. Asas resiprokal belum berpihak pada bank pelat merah ini lantaran regulator China tak mudah memberikan izin pembukaan kantor cabang bank asing seperti yang terjadi di Indonesia. "Kami masih membutuhkan waktu untuk membuka cabang di China karena prosedur pembukaan cabang di sana cukup banyak levelnya," ungkap, Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, usai acara Banking Service Excellence Award 2011, kemarin malam. Sudah bertahun-tahun Mandiri belum bisa menembus regulasi di kedua negara ini. Zulkifli menjelaskan, tingkatan level yang harus dipenuhi oleh bank berkode saham BMRI ini adalah kesiapan lokasi, kesiapan sumber daya manusia, kesiapan Sistem Operational Prosedur (SOP). Kemudian setelah itu selesai, hasilnya masih perlu diaudit oleh otoritas di Negeri Tirai Bambu tersebut. "Setelah menyelesaikan level, kami masih perlu melakukan audit, lalu setelah audit masih perlu dinyatakan siap atau tidak. Dan terakhir kami perlu meminta izin beroperasi di sana," tambahnya. Dari keputusan otoritas perbankan setempat, setelah memperoleh izin pembukaan cabang pun pergerakan bank asing di China dibatasi oleh aturan setempat. Setelah resmi dibuka nanti, selama dua tahun awal BMRI hanya boleh melakukan transaksi bisnis dan memperoleh simpanan dalam mata dollar Amerika Serikat dan tidak boleh menggunakan yuan (renminbi), serta tidak boleh menerima simpanan dari warga China, artinya hanya boleh menerima deposit dari luar warga China. Menurutnya, pembukaan cabang di Shanghai-China itu sangat feasible. Karena, untuk mendukung bisnis dari pengusaha-pengusaha lokal yang punya usaha di China ataupun bagi para nasabah atau debitur yang beroperasi di sana. "Kita berharap investasi yang kita alokasikan di sana dapat feasible, cuma waktunya jadi lebih panjang dari perkiraan semula," tuturnya. Tak hanya di China bank Mandiri kesulitan kendala pembukaan cabang, tetapi di Malaysian pun bank BUMN ini mengalami kendala. Pasalnya Otoritas perbankan di negeri jiran tersebut sangat ketat dalam menerapkan regulasi bagi bank asing yang mau beroperasi di negaranya. Bos bank Mandiri ini mengatakan, pembukaan cabang di Malaysia juga tidak mudah, seperti persyaratan modal bank harus 300 juta ringgit, sementara BMRI merasa keberatan dengan modal tersebut yang dinilai terlalu besar, akhirnya bank Mandiri mencoba melakukan negosiasi secara bertahap. Untuk persyaratan modal pun, Mandiri telah melakukan negosiasi dengan permintaan modal 50 juta ringgit kepada otoritas di sana. Selain itu, pembukaan cabang di sana, Mandiri tidak dalam bentuk cabang namun harus berbentuk subsidiary. Selama proses lobi berlangsung, bank berpelat merah ini pun terus melakukan komunikasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk meminta dukungan pembukaan cabang di China. Zulkifli mengungkapkan, tidak hanya BI yang memberikan dukungan ekspansi bisnis di sana, namun Presiden dan Wakil Presiden juga terus melakukan komunikasi di negeri tembok China tersebut.