KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham-saham bank berkapitalisasi besar atau
Big Banks tengah dilanda tren yang menurun. Kekhawatiran investor terkait pemburukan kualitas kredit menjadi salah satu faktor pemicunya. Berdasarkan informasi pasar yang beredar, ada kekhawatiran kualitas kredit yang memburuk terlebih di segmen kecil dan mikro, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di mana, kalangan masyarakat di segmen tersebut banyak terjerat dengan adanya judi online. Salah satu bankir senior pun mengungkapkan bahwa memang ada kemungkinan jeratan judi online mempengaruhi kualitas kredit di segmen mikro maupun kecil. Namun, ia menegaskan bahwa itu bukanlah faktor utama namun menjadi salah satu faktor saja.
“Perlu ada penelitian dari team riset kami untuk menggali,” ujarnya singkat kepada KONTAN (30/5). Sementara itu,
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Yulius mengungkapkan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi apakah ada gagal bayar KUR karena akibat nasabah yang terjerat judi online. Namun, ia tak menampik hal tersebut bisa terjadi. Baca Juga: BRIS Tunjuk BRI Danareksa Jadi Penjamin Emisi Sukuk Senilai Rp 3 Triliun “Akan tetapi ada kasuistis yg kami dengar dari media ada mantri KUR yang merekayasa kredit untuk judi online,” ujarnya. Di sisi lain, Yulius bilang
indikasi peningkatan gagal bayar KUR lebih karena berakhirnya kebijakan stimulus tersebut. Alhasil, UMKM yang mengalami kegagalan usaha karena terdampak Covid-19 dan tidak bangkit lagi tidak dapat di restrukturisasi sehingga jadi kredit macet. “Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dan perlu menyiapkan kebijakan yang tepat terhadap kondisi tersebut,” ujar Yulius. Kondisi tersebut pun pada akhirnya turut menyebabkan pergerakan saham bank-bank besar anjlok.
Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sejak awal tahun sudah merosot hingga lebih dari 23,49%. Pada penutupan perdagangan bursa, hari ini (30/5), BBRI juga turun 0,68% dari harga hari sebelumnya sehingga menjadikan harganya di Rp 4.430 per saham. Sejalan dengan itu, BBRI memang mencatat kenaikan NPL untuk kredit segmen kecil tercatat paling besar di kisaran 5,44% pada kuartal I-2024 dari periode sama tahun lalu di kisaran 4,45%. Di periode yang sama, kredit di segmen mikro tercatat di kisaran 2,69%, naik dari tahun sebelumnya di kisaran 2,24%. Contoh lainnya, PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) ikut kompak mengalami penurunan harga saham. Bagi BMRI, penurunan terbesar terlihat dalam sebulan terakhir yang mencapai 15,47%, sementara jika dilihat sejak awal tahun, penurunnya baru sekitar 2,89%.
Baca Juga: Pergerakan Saham Big Banks Kian Merosot, Apa Penyebabnya? Sementara itu, BMRI juga mencatat NPL di segmen UKM dan Mikro mengalami kenaikan, di saat segmen lainnya membaik. NPL UKM Bank Mandiri berada di level 1,02% atau naik 9 basis poin (bps) dan NPL Mikro Bank Mandiri berada di level 1,65% atau naik 50 bps. Menanggapi kondisi tersebut Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani membenarkan bahwa ada kekhawatiran di kalangan pelaku pasar terkait potensi kenaikan kredit macet. Sebab, kebijakan restrukturisasi telah selesai. “Karena kalau kami lihat skema itu kemarin sangat membantu UMKM,” ujarnya. Tak hanya itu, Arjun mengungkapkan bahwa penurunan ini juga karena kinerja bank-bank tersebut di kuartal I-2024 jauh di bawah ekspetasi pasar. Sehingga, aksi profit taking pun tak terhindarkan di mana valuasi harga saham big banks ini juga sudah tinggi. Sependapat, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus membenarkan bahwa penurunan saham
big banks karena adanya kekhawatiran kualitas kredit kecil dan mikro. Menurutnya, ini tercermin dari BBRI yang anjlok paling dalam dibandingkan bank lainnya. “Karena kan
main core-nya BBRI adalah kredit di level UMKM dan mikro sehingga dikhawatirkan akan memberikan beban yang jauh lebih besar,” ujar Nico. Hanya saja, Nico meyakini BBRI juga sudah melakukan mitigasi risiko. Sehingga, ada kemungkinan harga saham sudah mulai bangkit dan ia melihat penurunan ini justru semakin membuat potensi valuasi di masa yang akan datang kian menarik. Di sisi lain, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto berpendapat kekhawatiran terhadap kualitas kredit tak berpengaruh banyak. Menurutnya, penurunan yang terjadi pada saham-saham
big banks lebih ke faktor sentiment eksternal. “Ada rebalancing yang dilakukan para fund manager global setelah melihat potensi pemangkasan suku bunga mundur dari ekspektasi semula,” ujarnya.
Baca Juga: Ini Sektor Saham yang Bakal Kena Dampak Iuran Tapera Menurutnya, itu juga tercermin dari banyaknya investor asing yang turut keluar dari saham-saham
big banks. Melihat sejak awal tahun, ia menyebutkan yang paling banyak asing keluar adalah BBRI mencapai Rp 11,2 triliun, kemudian BMRI Rp 432 miliar, dan BBNI Rp 420 miliar. Ia pun turut mengingatkan bahwa yang perlu diperhatikan adalah jika kinerja kuartal II-204 dari bank-bani lebih buruk dari kuartal sebelumnya. Alhasil, gelombang koreksi lanjutan tak akan terbentudung. “Outlook terburuknya penurunan dan market yang cenderung lesu ini biasanya dapat berlangsung hingga kisaran September dan Oktober,” tandasnya.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana bilang arah pergerakan IDX Financials masih cenderung downtrend dengan support di 1321. Jika menembus area tersebut, maka bisa diwaspadai akan membawa pergerakan IDX Financials ke area 1312. Namun, untuk empat
big banks, ia melihat akan ada rebound pendek terlebih dahulu. Meskipun, hal itu hanya akan terjadi pada jangka pendek saja. “Secara timeframe yang lebih besar, kami mencermati masih adanya potensi koreksi,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari