Pemda minta swasta subsidi Trans Jateng



BAWEN. Kepala Laboratorium Transportasi Unika Soegijopranoto Semarang Djoko Setijowarno mengapresiasi peluncuran Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng aglomerasi koridor I Semarang Tawang-Bawen, oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Jumat (7/7) siang di Terminal Bawen, Kabupaten Semarang.

"Ini harus dicontoh, karena konsepnya menggeser bukan menggusur. Operator lama punya satu-dua kendaraan (bus), mereka berkonsorsium membentuk koperasi. Koperasi ini menjadi operator, kemudian pengadaannya oleh mereka," kata Djoko.

Sedangkan posisi atau peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jateng, adalah memberikan subsidi operasional.


Djoko menyarankan agar Trans Jateng ini menggunakan bus besar karena jarak tempuh yang lumayan jauh, yakni 36,5 kilometer.

"Kalau dibilang terhambat di topografi perbukitan, saya kira zaman dulu bus tingkat sudah sampai di Jatingaleh tidak ada masalah," tambah dia.

Kendati demikian, Djoko menilai peluncuran Trans Jateng Koridor I ini sebagai awal yang baik.

Menurut Djoko yang juga Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), yang terpenting adalah memperkuat kelembagaan operator agar tidak bergantung pada subsidi pemerintah yang terbatas.

Maka tugas pemerintah, mendorong sektor swasta, melalui corporate social responsibility (CSR)-nya untuk memberikan subsidi pada operasionalisasi BRT ini.

"Apalagi di jalur ini banyak perusahaan yang buruh pabriknya menggunakan BRT. Daripada kasih uang transport ya kasih ke operator BRT ini," usul Djoko.

Setelah Trans Jateng beroperasi, tugas pemerintah daerah selanjutny mengembangkan angkutan umum pengumpan sehingga makin mendekatkan penumpang dari jalur utama ke pedesaan-pedesaan atau kawasan perumahan.

Untuk diketahui, hasil kajian Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata Semarang mencatat sedikitnya 13.619 orang menanti kehadiran Bus Rapid Transit (BRT) Aglomerasi koridor Semarang-Bawen.

Dari kajian ini terkuak, setiap harinya terdapat potensi 7.112 penumpang, untuk perjalanan mulai dari Bawen, Kabupaten Semarang menuju Kawasan Tawang, Kota Semarang.

Sedangkan arah sebaliknya, dari Kawasan Tawang ke Bawen ada 6.506 orang penumpang.

Menurut Djoko, BRT koridor Bawen-Tawang tersebut merupakan satu dari empat koridor BRT Kedungsapur (Kendal-Ungaran-Salatiga-Purwodadi) yang mendesak dioperasikan tahun ini.

Dari kajian itu pula, koridor I ini membutuhkan sekitar 79 halte BRT, 4 di antaranya adalah halte transit.

Sedangkan armada bus yang ideal sebanyak 30 unit dengan ukuran yang sama dengan BRT reguler.

"Koridor I ini akan menjadi primadona, saya kira 18 armada itu nanti pasti kurang," tuntasnya. (Syahrul Munir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia