JAKARTA. Pemegang saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) menyetujui rencana akuisisi dan merger PT Axis Telekom Indonesia. Jika semua berjalan lancar akuisisi dan merger ini akan resmi berjalan 28 Maret 2014. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) EXCL juga menyetujui nilai akuisisi Axis senilai US$ 865 juta. Dana akuisi tersebut, sebesar US$ 500 juta atau 57,8% diantaranya berasal dari pemegang saham EXCL, Axiata Investments Sdn. Bhd. Sementara, sisanya 42,2% setara US$ 365 juta berasal dari pinjaman perbankan dan penjualan menara. "Kami juga akan menjual sebagian menara," ujar Direktur Utama EXCL, Hasnul Suhaimi, Rabu (5/2). Namun, Hasnul belum memastikan berapa banyak menara yang akan dijual. Sebagai gambaran, XL saat ini memiliki 8.500 menara. Sementara Axis memiliki 1.500 menara. Dus, keduanya memiliki 10.000 menara.
Hasnul juga tak mau menyebut, bank mana yang akan membantu mendanai akuisisi ini. Dia hanya bilang, EXCL sedang menjajaki pinjaman dari beberapa bank. Sebelumnya, EXCL baru mendapat pinjaman dari DBS Bank Ltd Singapura senilai US$ 300 juta dengan tenor tiga tahun. Direktur Keuangan EXCL, Mohamed Adlan mengatakan, sebagian dana tersebut akan digunakan untuk akuisisi Axis, tapi sebagian lain untuk biaya operasional. Total kewajiban EXCL hingga akhir September 2013 mencapai Rp 23,96 triliun. Sementara, ekuitas Rp 15,2 triliun. Ini artinya, rasio utang terhadap modal alias debt of equity ratio (DER) EXCL cukup tinggi yakni di 1,57 kali. Sebelumnya, manajemen juga sempat mengatakan bahwa total nilai akuisisi US$ 865 juta sekaligus untuk membayar utang. Murni Nurdini, Sekretaris Perusahaan XL mengatakan, sebesar US$ 864,9 juta untuk melunasi utang Axis pada pihak ketiga, dan US$ 100 untuk membayar saham milik Teleglobal Investment BV selaku pemilik Axis. "EXCL mengakuisisi 95% Axis dalam kondisi bebas utang atau debt free," ujar Murni. Axis memang masih merugi cukup besar. Adlan bahkan memproyeksikan, kerugian Axis masih akan bertahan dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Namun, menurut dia, kerugian Axis tak akan terlalu berpengaruh pada EXCL. Berdampak positif Bahkan Hasnul yakin, pasca akuisisi dan merger, pendapatan EXCL dari data akan meningkat. "Saat ini pengguna smartphone cenderung melihat teks dan gambar. Tapi nantinya, akan lebih melihat video," papar dia. Selain itu, menurut Adlan, pasca akuisisi, pihaknya dapat menekan belanja modal alias capital expenditure (capex). Pasalnya, ada penambahan spektrum yang EXCL peroleh dari akuisisi Axis. "Dalam jangka panjang ini akan berdampak positif," ujar Adlan.
Analis juga memproyeksikan, proses akuisisi ini memberi dampak positif bagi EXCL dalam jangka panjang. Alasan pertama, menurut analis MNC Securities, Reza Nugraha, ada penambahan jumlah pelanggan. Pada September 2013, EXCL memiliki pangsa pasar 18% dan Axis 3%. Alasan kedua, kata analis Phintraco Securities, Setiawan Efendi, ada penambahan spektrum dan peningkatan kapasitas pasca akuisisi. "Pada dua sampai lima tahun ke depan, persaingan spektrum susah. Kalau akuisisi dari awal, bisa jauh lebih baik," ujar dia. Namun, dalam jangka pendek akuisisi dan merger ini akan berdampak negatif. Ini karena EXCL harus membiayai akuisisi dari utang. Kedua analis itu menyarankan, hold saham EXCL. Reza memasang target harga EXCL di Rp 5.100, sedangan target harga versi Setiawan di Rp 5.500. Harga EXCL turun 1,13% ke Rp 4.800 per saham, kemarin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana