Pemegang saham setuju konversi utang BRMS



JAKARTA. Pemegang saham menyetujui rencana PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menukar utang dengan saham. Persetujuan diperoleh melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Selasa (30/5).

Perusahaan Grup Bakrie ini akan menerbitkan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) senilai US$ 286,11 juta atau setara Rp 3,8 triliun. Jumlah saham yang diterbitkan mencapai 36,75 miliar, dengan harga pelaksanaan Rp 84 per saham. Sehingga, efek dilusinya mencapai 58,97%.

Herwin Hidayat, Investor Relation BRMS, mengatakan, aksi korporasi tersebut akan dilakukan sebelum tutup tahun 2017. Melalui non-HMETD, BRMS akan membayar utangnya kepada tiga kreditur. Perinciannya, utang Wexler Capital Pte Ltd sebesar US$ 100 juta, First Financial Company Ltd sebesar US$ 90 juta dan utang vendor senilai US$ 40 juta.


Usai restrukturisasi utang itu, BRMS tinggal menuntaskan sisa utang dari Credit Suisse sekitar US$ 90 juta. BRMS berharap bisa segera berada pada posisi tanpa utang alias zero-debt.

Nantinya, utang Credit Suisse akan dilunasi dengan penjualan 51% saham anak usahanya, yakni PT Dairi Prima Mineral, kepada China Nonferrous Metal Industry's Foreign Engineering & Construction Co Ltd (NFC).

Nilai transaksi penjualan saham tersebut mencapai US$ 198,9 juta. "Transaksi ini diperkirakan akan selesai di bulan Juni," ujar Herwin di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, transaksi penjualan Dairi Prima akan menguntungkan kedua belah pihak. Apalagi NFC dianggap memiliki kemampuan mumpuni terhadap pengelolaan bijih tambang.

Dairi Prima adalah pemilik tambang timah dan seng di Sumatra Utara. Total sumber daya yang dimiliki mencapai 25 juta ton ore dengan grade 10,1%. Salah satu lokasi penambangan Dairi Prima, yakni Anjing Hitam.

Setelah penjualan saham berlaku efektif, BRMS masih menjadi pemegang saham Dairi Prima sebesar 29%. Sehingga, BRMS tak lagi menjadi pemegang saham pengendali.

BRMS juga akan mengembangkan tambang emas dan tembaga yang berada di Gorontalo. Produksi tembaga ditargetkan mencapai 50.000 ton per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto