Pemerintah ajukan dana Rp 1,5 T untuk loop line



JAKARTA. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,5 triliun untuk tahun 2014 dan 2015 dalam membiayai proyek pembangunan jalur kereta melingkar layang atau loop line di Jakarta yang diperkirakan menghabiskan dana Rp 9 triliun hingga 2018. Plt Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Budi Suyitno mengatakan, untuk tahun 2014 ini dialokasikan Rp 700 miliar dan sudah tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, sementara Rp 800 miliar akan digunakan tahun berikutnya. "Proyek ini akan dibangun pertengahan 2014 dan sebelum itu diharapkan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Desain (DED) sudah ada sehingga bisa dibangun tepat waktu," kata Budi, Kamis (28/11). Jalur elevated loops line ini nantinya bakal memiliki 8,5-15meter dan dapat meniadakan perlintasan sebidang dengan angkutan jalan. Budi melanjutkan, sebagian jalur ini sebenarnya telah terbangun, seperti jalur dari stasiun Jatinegara ke Stasiun kota yang melewati Monas. "Nanti dibangun juga yang melewati kemayoran, karena Kemayoran sekarang juga sudah macet sekali. Jadi harus kita beri akses yang seimbang antara jalan raya dengan kereta api," tuturnya. Direktur Transportasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Prihartono menambahkan, proyek tersebut saat ini sedang dikaji dan tahun depan mulai dibuat DED-nya. Bambang mengatakan, meski nantinya akan dibuat jalur elevated diatas jalur existing yang ada saat ini, bukan berarti jalur lama tidak lagi dipakai, "Jalur itu tetap dipertahankan agar daya tampungnya penumpang bisa kita tingkatkan," katanya. Untuk membuat jalur loop line ini, Bambang mengatakan bahwa pemerintah pusat telah mengajukan izin kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI terkait lahan. Perlintasan Kereta Macet Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Perdagangan, Industri, dan Transportasi, Sutanto Suhodo mengatakan, proyek ini bukan tanggung jawab Pemprov DKI. Menurutnya, tanggung jawab DKI adalah membentuk intermodanya, sehingga penumpang kereta ini bisa menyambung angkutan lain, seperti bus Transjakarta yang bersinggungan dengan stasiun kereta terdekat. Lebih jauh, Sutanto mengatakan, membangun jalur kereta lingkar layang ini jauh lebih sederhana dibanding membangun jalan fly over atau underpass diperlintasan kereta api karena dipastikan membangun flyover atau underpass sekian banyak bukanlah pekerjaan yang mudah. "Kami malah memandang bahwa membangun jalan flyover atau underground itu tak ada gunanya, bisa lihat di Kalibata, meski sudah membangun flyover, tetap saja macet," ujarnya. Ia menyebut, perlintasan kereta di wilayah Gunung Sahari, yang mengarah ke Tanjung Priok sebagai salah satu yang paling parah kemacetannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan