JAKARTA. Pemerintah berencana menerbitkan instrumen baru untuk pembiayaan tahun depan. Instrumen baru itu adalah samurai bond dan euro bond yang sedang dikaji untuk dijadikan pembiayaan dalam Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing (valas). Untuk tahun 2014, pemerintah menargetkan akan menerbitkan SBN netto Rp 250 triliun. Lalu, ada sekitar Rp 140 triliun SBN yang akan jatuh tempo tahun depan, sehingga secara kasar ada Rp 345 triliun gross-nya. Nah, maksimal 20% dari Rp 345 triliun itu atau sekitar Rp 69 triliun akan dibiayai pemerintah dengan menerbitkan SBN dalam bentuk valas. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, untuk pembiayaan di 2014, pemerintah juga akan tetap menerbitkan global dolar Amerika Serikat (AS) bond, global sukuk, dan ritel Surat Utang Negara (SUN) atau ORI. Tambahannya, pemerintah sedang memperbincangkan samurai bond (yen) dan euro bond. "Kita perlu diversifikasi untuk mengantisipasi ketidakpastian 2014 apabila terjadi penarikan stimulus AS," ujar Robert, Senin (28/10). Robert menilai, tahun 2014 masih menjadi tahun tanda tanya terkait likuiditas di pasar global sehingga perlu langkah antisipasi. Sejatinya, samurai bond telah digunakan pemerintah sebagai instrumen pembiayaan pada 2012 lalu. Menurut Robert, pemerintah harus berhati-hati apabila ingin mengambil surat utang dalam yen, karena risiko nilai tukar. Pendapatan negara ada dalam bentuk mata uang dolar AS, sehingga natural hedging atau lindung nilai dimungkinkan. Sedangkan pendapatan negara dalam bentuk yen tidak ada hedging.
Pemerintah akan rilis samurai bond dan euro bond
JAKARTA. Pemerintah berencana menerbitkan instrumen baru untuk pembiayaan tahun depan. Instrumen baru itu adalah samurai bond dan euro bond yang sedang dikaji untuk dijadikan pembiayaan dalam Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing (valas). Untuk tahun 2014, pemerintah menargetkan akan menerbitkan SBN netto Rp 250 triliun. Lalu, ada sekitar Rp 140 triliun SBN yang akan jatuh tempo tahun depan, sehingga secara kasar ada Rp 345 triliun gross-nya. Nah, maksimal 20% dari Rp 345 triliun itu atau sekitar Rp 69 triliun akan dibiayai pemerintah dengan menerbitkan SBN dalam bentuk valas. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, untuk pembiayaan di 2014, pemerintah juga akan tetap menerbitkan global dolar Amerika Serikat (AS) bond, global sukuk, dan ritel Surat Utang Negara (SUN) atau ORI. Tambahannya, pemerintah sedang memperbincangkan samurai bond (yen) dan euro bond. "Kita perlu diversifikasi untuk mengantisipasi ketidakpastian 2014 apabila terjadi penarikan stimulus AS," ujar Robert, Senin (28/10). Robert menilai, tahun 2014 masih menjadi tahun tanda tanya terkait likuiditas di pasar global sehingga perlu langkah antisipasi. Sejatinya, samurai bond telah digunakan pemerintah sebagai instrumen pembiayaan pada 2012 lalu. Menurut Robert, pemerintah harus berhati-hati apabila ingin mengambil surat utang dalam yen, karena risiko nilai tukar. Pendapatan negara ada dalam bentuk mata uang dolar AS, sehingga natural hedging atau lindung nilai dimungkinkan. Sedangkan pendapatan negara dalam bentuk yen tidak ada hedging.