KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menawarkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel perdana di tahun ini, yakni Savings Bond Ritel (SBR) SBR012 pada 19 Januari-9 Februari 2023. Berbeda dari biasanya yang hanya menawarkan tenor dua tahun, SBR kali ini juga tersedia tenor empat tahun. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, penawaran dua seri SBR dengan tenor berbeda tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan investor SBN domestik. Pasalnya, SBN ritel terus mengalami kelebihan permintaan dalam beberapa kali peluncurannya. Dengan hadirnya dua tenor dari seri SBN ritel tersebut, hal ini juga akan semakin menarik minat investor. Sebab, investor bisa menyesuaikan pilihan tenor sesuai dengan horizon investasinya.
Baca Juga: Catat Jadwal Penerbitan 8 Seri SBN Ritel 2023, Paling Dekat SBR di Pekan Depan "Apalagi di tengah kondisi pasar saham yang sedang mengalami tekanan, tentu berinvestasi di saham akan sangat berisiko sehingga instrumen investasi yang cenderung aman bisa dipilih, salah satunya adalah SBN ritel ini," kata Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/1). Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan juga menilai, dengan adanya dua pilihan tersebut, investor memiliki fleksibilitas dalam memilih instrumen SBR. Tenor mana yang akan lebih diminati bakal bergantung pada preferensi masing-masing investor. Terkait dengan bunganya, Alvaro memprediksi SBR dengan skema bunga floating with floor ini akan menawarkan imbal hasil yang kompetitif. Untuk tenor dua tahun, ia memperkirakan spread bunganya dibanding suku bunga acuan Bank Indonesia akan berada di bawah 200 basis point (bps). Mengingat, penerbitan SBR011 dengan tenor dua tahun sebelumnya menawarkan spread 200 bps. "Untuk tenor dua tahun kemungkinan bisa di bawah angka bps tersebut karena adanya penurunan di yield obligasi pemerintah," ucap Alvaro. Kemudian, untuk SBR012 dengan tenor empat tahun, referensi bunga ditambah spread-nya akan disesuaikan dengan yield obligasi negara bertenor empat tahun. Saat ini, yield obligasi negara tenor dua tahun ada di kisaran 5,9%-6% dan yield obligasi negara tenor empat tahun di kisaran 6,7%-6,9%. Jadi, agar menarik, spread yang ditawarkan harus kompetitif dengan yield obligasi negara saat ini.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Menambah Alokasi SBN Ritel Menjadi Rp 130 Triliun pada 2023 Sementara itu, menurut Fajar, investor akan memilih tenor yang lebih panjang. Alasannya, seri dengan tenor tersebut berpotensi menawarkan kupon yang lebih besar.
Skema bunga floating with floor menarik di kondisi pasar saat ini karena suku bunga The Fed masih berpotensi naik. Suku bunga Bank Indonesia juga diproyeksi masih akan naik pada tahun 2023 di kisaran 25 bps-75 bps demi menurunkan inflasi ke level target 2%-4%. Secara historis, penerbitan SBR sebelumnya dengan asumsi spread dengan suku bunga acuan BI berpotensi memberikan kupon 6,50%-7,50% untuk tenor dua tahun. Sementara itu, untuk tenor empat tahun kuponnya kemungkinan di kisaran 7%-7,8%. Menurut Fajar, SBR tenor panjang berpotensi mendapatkan nilai pemesanan yang lebih tinggi. Namun mungkin tidak sebanyak sebelumnya karena kondisi likuiditas yang tidak terlalu longgar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi