Pemerintah Akan Terbitkan ST012 pada April 2024, Imbal Hasilnya Diprediksi Sekitar 6%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa penawaran sukuk ritel seri SR020 telah ditutup pada Rabu (27/3). Setelah SR020, pemerintah rencananya akan menerbitkan seri terbaru Surat Berharga Negara (SBN) Ritel jenis Sukuk Tabungan seri ST012 pada 26 April - 29 Mei 2024. 

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Dwi Irianti Hadiningdyah memperkirakan, ST012 akan mendapat animo yang cukup tinggi dari investor ritel domestik, karena meskipun bersifat non tradable (tidak dapat diperdagangkan di luar negeri) namun memiliki fitur spesial berupa kupon floating with floor. 

Sementara dalam menentukan imbal hasil ST012, Dwi mengatakan bahwa seperti biasanya pemerintah akan mempertimbangkan market condition teraktual dan menyesuaikan dengan strategi pengelolaan pembiayaan pemerintah. 


“Sehingga diharapkan berada pada level yang masih menarik bagi investor,” kata Dwi kepada Kontan.co.id, Minggu (31/3).

Baca Juga: Mirae Asset:Pasar Obligasi Stabil Hingga Semester II, Saat Trading SBN Jangka Pendek

Namun demikian, Dwi mengatakan, pihaknya belum bisa menentukan besaran dari Imbal hasil ST012 tersebut. Akan tetapi menurutnya, sepanjang Bank Indonesia (BI) rate masih tetap berada di 6%, maka kemungkinan imbal hasilnya sama dengan besaran SR020 yaitu 6,3% 

“Tetapi jika BI rate tersebut turun, kemungkinan imbal hasil dari ST012 hanya sekitar 6%,” kata dia. 

Selaras dengan hal ini, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mencermati penjualan ST012 yang akan diterbitkan pada akhir April 2024, juga memiliki potensi untuk melebihi target seperti SR020. 

Ramdhan mengatakan, meski proyeksi bunga dari ST012 belum diumumkan, tetapi mengingat kondisi pasar saat ini, imbal hasil yang menarik dapat diantisipasi. Sentimen positif terhadap investasi syariah hingga minat masyarakat dalam berinvestasi semakin tinggi, juga dapat mendukung penjualan ST012 tersebut. 

“Menurut saya ST012 meskipun bersifat non tradable sehingga peminatnya cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan yang tradable, tapi masih tetap akan diminati oleh masyarakat karena likuiditas pasar masih sangat terjaga,” kata dia. 

Selain itu, Ramdhan menuturkan bahwa tumbuhnya minat masyarakat dalam berinvestasi di ST012 juga didorong oleh pendalaman pasar yang terus berlangsung. Terlebih, pemerintah juga mulai aktif menawarkan obligasi ritel tiap tahun.

Baca Juga: Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Akan Rilis Surat Utang Rp 7 Triliun

"Ditambah, masyarakat di Indonesia merupakan deposan sehingga lebih mudah menarik mereka menjadi investor," sambungnya.

Hal tersebut juga lantaran kupon yang ditawarkan SBN memang lebih tinggi. Kemudian, pajaknya juga lebih rendah jika dibandingkan dengan deposito. Terlebih, dorongan investor juga dipengaruhi volatilitas, khususnya dari suku bunga, sehingga kupon yang ditawarkan semakin tinggi seiring meningkatnya risiko investasi.

Ramdhan pun memprediksi, imbal hasil dari ST012 akan sekitar 6,25%, dengan proyeksi target penjualan hingga mencapai sebesar Rp 10 triliun, hal ini seiring dengan likuiditas masyarakat dan pasar yang masih sangat bagus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi