JAKARTA. Sudah terang-benderang di mata Pemerintah. Over konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terutama premium terjadi karena adanya disparitas atau kesenjangan harga dengan BBM non subsidi. Namun, pemerintah masih saja enggan menaikkan harga. "Beberapa kendaraan seharusnya tidak mengambil (konsumsi premium), tapi masih memakai BBM subsidi karena disparitas harga," tandas Direktur Jenderal Minyak dan gas Kementerian ESDM, Evita H.Legowo kepada wartawan di Jakarta, Senin (28/11). Evita mengatakan harga BBM non subsidi yang saat ini semakin jauh dibandingkan BBM subsidi di luar perkiraan pemerintah. "Jadi harapan kita waktu itu harga BBM nonsubsidi tidak setinggi ini, harapan kita, orang masih mau beli BBM nonsubsidi, tapi sebagai manusia karena harganya terlalu tinggi, dia ambil juga," ujar Evita.
Pemerintah akui disparitas harga sebabkan konsumsi BBM jebol
JAKARTA. Sudah terang-benderang di mata Pemerintah. Over konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terutama premium terjadi karena adanya disparitas atau kesenjangan harga dengan BBM non subsidi. Namun, pemerintah masih saja enggan menaikkan harga. "Beberapa kendaraan seharusnya tidak mengambil (konsumsi premium), tapi masih memakai BBM subsidi karena disparitas harga," tandas Direktur Jenderal Minyak dan gas Kementerian ESDM, Evita H.Legowo kepada wartawan di Jakarta, Senin (28/11). Evita mengatakan harga BBM non subsidi yang saat ini semakin jauh dibandingkan BBM subsidi di luar perkiraan pemerintah. "Jadi harapan kita waktu itu harga BBM nonsubsidi tidak setinggi ini, harapan kita, orang masih mau beli BBM nonsubsidi, tapi sebagai manusia karena harganya terlalu tinggi, dia ambil juga," ujar Evita.