JAKARTA. Pemerintah mengaku tidak begitu hawatir dengan kebijakan pengurangan dana stimulus oleh bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed) dari US$ 85 miliar, menjadi hanya US$ 75 miliar per bulan. Meski demikian, pemerintah memperkirakan pengurangan stimulus akan dilakukan kembali oleh The Fed secara bertahap. Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan apabila The Fed menambah dana stimulusnya.
Salah satunya, dengan memastikan kalau sistem ekonomi Indonesia maupun sistem keuangannya masih menarik bagi investor. “Keputusan kemarin itu tidak menimbulkan gejolak, karena pasar sudah meresponnya sejak bulan Mei lalu,” terang Bambang. Menurut Bambang, pentingnya persiapan itu dilakukan supaya jika tapering off bertambah, pasar tidak panik dan menimbulkan banyak dana yang keluar dari pasar saham dan pasar uang Indonesia. Salah satu dampak nyata yang akan dirasakan oleh pemerintah adalah terhadap Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitakn pemerintah. Bambang bilang, bila tapering off lebih besar akan membuat investor lebih selektif dalam membeli surat utang, akibatnya
yield surat utang juga bisa terpengaruh. Salah satu langkah yang sudah disiapkan pemerintah adalah keberadaan Bonds stabilitation Framework (BSF), sebuah kebijakan yang memungkinkan pemerintah melakukan
buyback atas surat utang milik negara dan BUMN. Kalaupun belum cukup, pemerintah sudah siap dengan langkah lainnya yaitu dengan mencairkan stand by loan yang dimiliki melalui Bilateral Swap Arrangement (BSA). Namun untuk saat ini Bambang mengatakan, pihaknya mengaku tidak perlu melakukan hal tersebut. “Keberadaan BSA itu untuk memberikan gambaran bahwa kita punya second line of defence,” terangnya.
Sementara ekonom Bank Tabungan Negara A. Prasetyantoko menilai pemerintah memang sudah seharusnya tidak perlu panik. Sejauh ini dampak tapering off belum terlihat. Namun demikian, hal itu bisa saja berubah jika The Fed memperbesar dana taperingnya. Pengaruh yang akan dirasakan menurut Prasetyantoko, bukan dari sisi obligasi tetapi nilai tukar. Nilai tukar rupiah terancam melorot jika tekanan tapering lebih besar, karena nilainya diluar perkiraan pasar yang sudah mem-priced in dampak tapering off sebesar US$ 10 miliar. “Kalau nilai tukar terus merosot, pemerintah dan BI harus bergerak cepat harus melakukan intervensi,” jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan