Pemerintah AS larang impor produk CPO dan turunan dari FGV Holdings



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Produsen minyak sawit asal Malaysia, FGV Holdings Bhd, telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki tuduhan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan larangan impor terhadap produknya.

Kamis (1/10), FGV Holding menyatakan tidak pernah melakukan kerja paksa seperti yang dituduhkan pemerintah AS. 

Sebelumnya, Customs and Border Protection (CBP) AS mengeluarkan larangan produk FGV pada Rabu (30/9). Ini dilakukan setelah penyelidikan selama setahun yang dituduhkan oleh badan tersebut menunjukkan adanya pelecehan, penipuan, kekerasan fisik dan seksual, intimidasi dan penyimpanan dokumen identitas secara ilegal terhadap pekerja FGV.


FGV yang merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, memilik berbagai produk turunan dari kelapa sawit yang digunakan dalam makanan hingga kosmetik. Perusahaan dan pemasok lainnya pernah menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu.

Baca Juga: Harga komoditas bakal bersinar, simak rekomendasi saham dari Mirae Asset Sekuritas

"FGV kecewa karena keputusan tersebut dibuat ketika FGV telah mengambil langkah konkret selama beberapa tahun terakhir dalam menunjukkan komitmennya untuk menghormati hak asasi manusia dan menegakkan standar ketenagakerjaan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

Perusahaan mengatakan semua masalah yang diangkat telah menjadi subyek wacana publik sejak 2015 dan telah mengambil beberapa langkah untuk memperbaiki situasi, yang "didokumentasikan dan tersedia di domain publik."

FGV akan terus terlibat dengan CBP untuk membersihkan namanya, kata perusahaan itu.

Karena hal ini, saham FGV pun turun 6,1% sejak pembukaan perdagangan pada hari ini.

CBP yang tidak mengeluarkan total impor yang dilakukan FGV menyebut, larangan impor ini tidak akan berdampak signifikan pada total impor minyak sawit dan produk minyak sawit AS.

Adapun impor produk minyak sawit AS capai US$ 147 miliar sejak Agustus 2018, kata CBP melalui email.

Selanjutnya: Gapki catat ekspor CPO dan turunannya periode Januari-Juli 2020 merosot 5,9%

Editor: Anna Suci Perwitasari