Pemerintah Australia membantah kabar larangan impor batubara oleh China



KONTAN.CO.ID - CANBERRA. Pemerintah Australia membantah kabar bahwa China telah melarang ekspor batubara ke negara tersebut. Dilansir dari AFP, Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan tidak ada dasar untuk percaya pada kabar yang menyebut ada larangan pada impor dari Australia.

"Kami percaya dan memahami bahwa ini terkait kuota impor sederhana. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diterapkan Tiongkok sebelumnya dan berlaku sama untuk semua negara," kata Birmingham.

Dia menambahkan bahwa para pejabat Australia sedang mencari jaminan dari Beijing bahwa negaranya bukan satu-satunya negara yang menjadi sasaran.


Sebelumnya Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan sebelumnya bahwa masalah tidak ada motif politik kerbijakan impor di antara kedua negara.

Memang ramai spekulasi tentang alasan merebaknya kabar pelarangan impor batubara dari Australia. Semisal terkait meningkatnya pengawasan terhadap peralatan komunikasi 5G dari raksasa teknologi China, Huawei.

Hubungan Canberra dan Beijing memang memanas dalam beberapa bulan terakhir atas larangan 5G. Ditambah dengan upaya China untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Pasifik dan pengusiran seorang miliarder Tiongkok yang menyumbang ke partai-partai politik lokal dari Australia.

Gubernur bank sentral Australia Philip Lowe prihatin bila pertentangan diplomatik kedua negara merembet ke urusan perdagangan. Namun ia menilai akan lebih baik untuk tetap wait and see terkait motivasi di balik tindakan Cina.

Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang sebelumnya mengatakan bahwa bea cukai Tiongkok sedang melakukan deteksi risiko dan analisis untuk memastikan keamanan dan kualitas batubara impor. "Tujuannya adalah untuk lebih melindungi hak dan kepentingan importir China dan menjaga lingkungan," katanya.

Batubara yang dikirim dari Australia ke Pelabuhan Dalian di China sendiri menyumbang sekitar 10% dari ekspor komoditas Australia ke China, dan hanya 2% dari total ekspor.

Editor: Tendi Mahadi