Pemerintah bakal bentuk induk BUMN ultra mikro, simak rekomendasi saham BBRI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana membentuk induk BUMN pembiayaan UMKM dan ultra mikro dengan mengintegrasikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Penyatuan tiga BUMN ini dinilai dapat memberikan nilai tambah bagi ketiga perusahaan.

Sebagai contoh, melalui sinergi dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pegadaian dapat melakukan efisiensi biaya pemasaran sekaligus memperluas jangkauannya ke daerah pelosok. Sementara itu, Permodalan Nasional Madani (PNM) dapat memperkecil biaya pembiayaan yang disalurkan kepada pelaku usaha serta berencana mengembangkan sistem digitalnya.

Tak berhenti sampai di situ, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma juga melihat, penyatuan ini akan berdampak positif bagi BRI berupa bertambahnya laba bersih konsolidasian. Menurut perhitungannya, gabungan laba bersih Pegadaian dan PNM cukup besar, yakni setara dengan 10%-15% laba bersih BRI.


Sebagai gambaran, per Desember 2020, BRI membukukan laba bersih Rp 18,65 triliun. Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih Pedagaian per November 2020 adalah sebesar Rp 1,93 triliun dan laba bersih PNM per Desember 2020 sebesar Rp 325 miliar.

Integrasi ini juga akan memperbesar jumlah aset BRI secara konsolidasian. Asal tahu saja, per Desember 2020, total aset BRI sebesar 1.511,80 triliun, sedangkan Pegadaian Rp 71,36 triliun dan PNM Rp 31,11 triliun.

Selain itu, integrasi ini juga akan memudahkan Pegadaian dan PNM dalam memperoleh pendanaan untuk penyaluran pinjaman kepada nasabah-nasabahnya. Terlebih lagi, direktur utama BRI saat ini pernah menjabat sebagai direktur utama Pedagaian sehingga Suria menilai, BRI sudah dapat memperhitungkan risiko bisnisnya. "Saya lebih banyak lihat positifnya ketimbang negatifnya," ungkap Suria saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/2).

Rencana pembentukan induk BUMN pembiayaan UMKM dan ultra mikro ini pun mendapat respons positif dari pasar. Menurut Suria, saat skema ini diberitakan, banyak investor asing, terutama fund manager besar yang memborong saham BBRI.

Ia pun lantas menaikkan target harganya untuk BBRI, dari Rp 4.800 per saham menjadi Rp 5.300 per saham. Per Rabu (10/2), BBRI naik 0,65% ke level Rp 4.650 per saham. Menurut Suria, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi saham BBRI.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki juga menilai, integrasi ketiga perusahaan akan membuat fundamental BRI menjadi lebih kuat sejalan dengan bertambahnya jumlah aset dan ekuitas. "Tapi jangan lupa, jumlah liabilitas juga berpotensi meningkat," kata dia.

Selain itu, Yaki melihat adanya kemungkinan timbulnya kanibalisme nasabah. Misalnya saja terkait dengan rencana lokasi unit kerja BRI dan Pegadaian yang berdekatan.

Dari segi valuasi saham, menurut Yaki, price to book value (PBV) BBRI saat ini sudah dua kali lebih tinggi dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), tetapi lebih rendah dari PBV PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Ia menyarankan investor untuk trading jangka pendek dan menengah BBRI dengan target harga Rp 4.900-Rp 4.950 per saham. Namun, jika belum mampu menembus level Rp 4.800, potensi koreksi BBRI masih rentan terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli