KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali akan kembali melelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa (20/2). Pemerintah memasang target indikatif sebesar Rp 12 triliun. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan, pihaknya optimis akan hasil lelang di pekan depan. Menurutnya, investor masih akan membelanjakan dananya untuk mendapatkan kupon tinggi.
Baca Juga: Target Lelang SBN Kuartal I Rp 240 Triliun "Saya memperkirakan
bid-to-cover ratio masih akan berkisar 1,75–2,5 kali," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (16/2). Optimisme itu berangkat dari potensi kupon tinggi yang semakin langka ke depan, seiring dengan potensi penurunan suku bunga tahun ini. Selain itu, tingkat inflasi terus berada pada rentang target Bank Indonesia (BI), maka kupon riil yang didapatkan investor saat ini sangat menarik dibandingkan dengan instrumen pendapatan tetap lainnya seperti deposito. "Sehingga investor akan membelanjakan sebagian dananya ke pasar surat utang untuk memaksimalkan
return pada tingkat risiko yang masih bisa ditoleransi, sambil melihat peluang di pasar saham untuk mengoptimalkan
return dana secara keseluruhan," paparnya. Dengan asumsi
bid-to-cover ratio antara 1,75-2,5 kali, Nasrudin memperkirakan total penawaran yang masuk di pekan depan akan dapat mencapai Rp 21 triliun hingga Rp 30 triliun. Sementara yang dimenangkan kemungkinan sekitar Rp 11 triliun atau berada di bawah target. Menurutnya, meski defisit tahun ini masih tinggi, Nasrudin memperkirakan pemerintah akan membatasi penerbitan di awal tahun ini. Hal tersebut guna mengurangi beban bunga utang sampai sinyal tentang kapan suku bunga diturunkan menjadi lebih jelas. "Apalagi, lelang di pekan depan adalah seri menengah panjang, sehingga saya memperkirakan pemerintah akan cenderung menahan untuk mengambil semua penawaran yang masuk," paparnya.
Baca Juga: PHEI Memperkirakan Kinerja Pasar Obligasi di 2024 Berpotensi Tumbuh Nasrudin memperkirakan tenor panjang yang masih akan diburu investor lantaran menawarkan kupon yang tinggi. Dijelaskan, kupon tinggi akan semakin langka ketika bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneternya dan ketika suku bunga diturunkan, tenor yang panjang akan cenderung melihat kenaikan harga yang lebih tinggi daripada tenor yang lebih pendek.
"Sehingga, kami memperkirakan seri seperti PBSG001, PBS004, dan PBS038 adalah seri favorit di pekan depan karena ketiganya jatuh tempo lebih dari sama dengan lima tahun," paparnya. Adapun hingga akhir tahun, yield US Treasury 10 tahun akan berada dikisaran 3,75% dari posisi saat ini di 4,63%. Sementara untuk yield 10 tahun Indonesia diperkirakan sekitar 6,28% atau turun dari posisinya saat ini di 6,76%. "Dengan catatan bahwa semua ini tergantung pada seberapa agresif bank sentral menurunkan suku bunga," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .