KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian perekonomian global diperkirakan kembali memanas imbas kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada Pemilihan presiden tahun 2024. Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Raden Pardede menyampaikan, hasil Pemilu Amerika Serikat telah menciptakan tantangan baru bagi ekonomi global. Ia menyebut global
rebalancing akan terjadi, dan kemenangan Trump akan mempercepat global
rebalancing. Dalam kampanyenya, Trump berjanji akan menaikkan tarif 60% hingga 100% untuk impor dari China dan 10% hingga 20% untuk negara lain agar memperbaiki defisit perdagangan AS.
Baca Juga: Heboh Tarif Donald Trump, Apa Itu Tarif dan Bagaimana Cara Kerjanya? “Bagi Indonesia ini dapat menjadi tantangan sekaligus peluang. Dari sisi perdagangan Indonesia akan memanfaatkan Generalized System of Preferences (GSP) dari AS, untuk pembebasan tarif bea masuk,” tutur Raden dalam agenda Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa (3/12). Dalam paparannya disebutkan, saat ini Indonesia telah memanfaatkan fasilitas GSP, sekitar 3000 pos tarif Indonesia dikenakan tarif 0%, dan berdampak pada surplus perdagangan dengan AS. Selama Presidensi Trump pada 2017-2020, ekspor Indonesia ke AS meningkat 4,81% dari US$ 17,8 miliar menjadi US$ 18,7 miliar. Meski begitu, Indonesia masih harus memastikan agar AS tetap memberikan fasilitas GSP dan tidak terkena dampak kenaikan tarif 10% hingga 20%. “Di samping itu, dengan status
country strategic partner dan kerjasama Indonesia Pasifik, serta dengan kerjasama OECD, kita berharap posisi Indonesia akan lebih baik,” ungkapnya. Adapun dalam bahan paparan Raden Pardede juga disebutkan beberapa tantangan lainnya dengan terpilihnya Trump sebagai Presiden AS, yakni investasi dan pasar keuangan.
Baca Juga: Trump Ancam Tarif 100% untuk Negara BRICS, Ini Dampaknya Bagi Indonesia Dari sisi investasi, Trump akan memfokuskan investasi dan pekerjaan di AS, sehingga menurunkan minat perusahaan AS untuk berinvestasi ke luar negeri, termasuk Indonesia. Di samping itu, rencana tersebut didukung oleh kebijakan perdagangan pajak dan deregulasi. Menghadapi tantangan tersebut, Kemenko Perekonomian menyebut, pada periode pertama presidensi Trump (2017-2020), investasi asing (PMA) AS di Indonesia terus menurun dari US$ 1,99 miliar pada 2017, menjadi US$ 1,22 miliar pada 2018, kemudian turun menjadi US$ 0,75 miliar pada 2021. Menghadapi permasalahan tersebut, Indonesia bisa mempertahankan minat investasi AS dengan memfokuskan pada peningkatan kemudahan berusaha dan penguatan Kerjasama bilateral di sektor-sektor strategis. Misalnya semikonduktor dan critical mineral. Terkait tantangan di pasar keuangan, kemenangan Trump telah memperkuat dolar AS, meningkatkan imbal hasil US Treasury, dan pasar saham, yang memicu keluarnya modal asing dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Adapun pada periode pertama Trump menjabat, IHSG dan rupiah sempat tertekan karena ketidakpastian perang dagang AS dengan China. Sejak pengumuman Trump menjadi Presiden AS, total aliran modal asing tercatat keluar pada 6-7 November 2024 sebesar Rp 2,74 triliun. Terdiri dari SBN Rp 0,04 triliun, dan saham Rp 2,7 triliun.
Melihat tantangan tersebut, Kemenko Perekonomian menyebut, menjaga fundamental ekonomi dalam negeri untuk tetap mempertahankan daya tarik investor perlu dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi