JAKARTA. Pemerintah tidak menginstruksikan PT Perusahaan Penilai Aset (PPA) untuk membeli saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang kini dikuasai PT Mandiri Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas dan PT Bahana Securities.Menteri BUMN Mustafa Abubakar bilang, mekanisme pembelian saham GIAA yang tidak diserap investor tersebut bukan urusannya. Namun itu urusanmasing-masing perseroan. "Belum ada instruksi dari saya, baik PPA maupun Jamsostek untuk serap saham GIAA," ujar Mustafa.Sampai saat ini, ketiga penjamin emisi (underwriter) telah membeli sisa saham yang tidak diserap investor sebesar Rp 2,25 triliun. Ketiga underwriter tersebut juga berniat untuk menjual saham GIAA, namun di level harga pasar yang bagus atau minimal sesuai dengan harga saham perdana.Deputi BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Suprapto juga mengungkapkan hal yang sama. Pihaknya juga belum mengetahui haltersebut. "Tidak ada instruksi, memang duit PPA kini berapa, kan saham yang dibeli underwriter lebih dari Rp 2 triliun," kata Parikesit.Parikesit juga membantah kabar Kementerian BUMN telah menunjuk CLSA sebagai konsultan atas rencana tersebut. Juga kabar kalau harga yang akan ditawarkan kepada calon pembeli berkisar antara Rp 550 hingga Rp 600 per saham. "Tidak tahu, saya malah baru dengar sekarang," tambahnya.Atas kabar tersebut, harga saham GIAA hingga penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, melesat 8% ke level Rp 540 per saham. Pada penutupan pasar kemarin, harga saham GIAA mencapai level terendah sejak IPO, yakni di posisi Rp 500 per saham.Sampai saat ini pemerintah sedang mendorong ketiga underwriter untuk menambah Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) yang sempat anjlok.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah bantah instruksikan PPA beli saham Garuda
JAKARTA. Pemerintah tidak menginstruksikan PT Perusahaan Penilai Aset (PPA) untuk membeli saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang kini dikuasai PT Mandiri Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas dan PT Bahana Securities.Menteri BUMN Mustafa Abubakar bilang, mekanisme pembelian saham GIAA yang tidak diserap investor tersebut bukan urusannya. Namun itu urusanmasing-masing perseroan. "Belum ada instruksi dari saya, baik PPA maupun Jamsostek untuk serap saham GIAA," ujar Mustafa.Sampai saat ini, ketiga penjamin emisi (underwriter) telah membeli sisa saham yang tidak diserap investor sebesar Rp 2,25 triliun. Ketiga underwriter tersebut juga berniat untuk menjual saham GIAA, namun di level harga pasar yang bagus atau minimal sesuai dengan harga saham perdana.Deputi BUMN Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Suprapto juga mengungkapkan hal yang sama. Pihaknya juga belum mengetahui haltersebut. "Tidak ada instruksi, memang duit PPA kini berapa, kan saham yang dibeli underwriter lebih dari Rp 2 triliun," kata Parikesit.Parikesit juga membantah kabar Kementerian BUMN telah menunjuk CLSA sebagai konsultan atas rencana tersebut. Juga kabar kalau harga yang akan ditawarkan kepada calon pembeli berkisar antara Rp 550 hingga Rp 600 per saham. "Tidak tahu, saya malah baru dengar sekarang," tambahnya.Atas kabar tersebut, harga saham GIAA hingga penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, melesat 8% ke level Rp 540 per saham. Pada penutupan pasar kemarin, harga saham GIAA mencapai level terendah sejak IPO, yakni di posisi Rp 500 per saham.Sampai saat ini pemerintah sedang mendorong ketiga underwriter untuk menambah Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) yang sempat anjlok.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News