KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal membentuk satuan tugas (satgas) dalam mengatasi wabah African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika yang menyebar di wilayah Papua. Hal itu ditegaskan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan alias Zulhas usai memimpin rapat koordinasi (rakor) Pengendalian Demam Babi Afrika di Gedung BPPT I, Jakarta, Rabu (18/12). "Tadi disepakati akan dibuat satgas mengatasi ini." kata Zulhas.
Baca Juga: USAID dan Kementerian Kesehatan Targetkan 50% ODHIV Terima TPT pada 2025 Zulhas mengatakan wabah demam babi Afrika yang menyebar di wilayah Papua menjadi perhatian khusus pemerintah, karena berpotensi merugikan peternak. Walau begitu, hingga kini pihaknya belum menghitung berapa kerugian pasti yang dialami peternak babi di sana. Yang terang, salah satu tugas dari satgas ini nantinya juga meminimalisir kerugian yang dialami oleh peternak khususnya di wilayah Papua. "Hitung-hitungan kerugian belum ada, makanya nanti dibutuhkan ini (satgas)," jelas Zulhas. Zulhas mengatakan satgas ini nantinya akan melibatkan beberapa kementerian terkait seperti Badan Karantina, Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional Penaggulangan Bencana, hingga Kementerian Pertanian. Lebih lanjut, Zulhas menyebut wabah ini tidak menular kepada manusia. Sehingga, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir akan terkena virus dari demam babi Afrika ini.
Baca Juga: Dokter Ungkap Tanda-tanda Kanker Mematikan Bisa Terlihat pada Bibir dan Kuku Anda "Bukan zoonosis yang bisa menular ke orang, ke manusia. Jadi dijelaskan agar tidak menyimpulkan apa pun, ini ruginya bagi peternak," ungkap Zulhas. Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian (Barantin) meminta pemerintah daerah (pemda) aktif mengendalikan penyebaran penyakit flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang saat ini diduga terjadi di Papua dan Sulawesi. Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean, mengatakan bahwa pemda bisa berkoordinasi dengan Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) serta aparat setempat untuk segera melakukan langkah pengendalian wabah, penetapan status wabah, penutupan wilayah, serta penerapan biosekuriti pada wilayah yang diduga terkena ASF. Biosekuriti dilakukan pada kandang peternak untuk mencegah penyebaran penyakit. “Pemda diimbau untuk aktif berkoordinasi dengan kami. Barantin siap selama 24 jam, kami ada di setiap provinsi. Kami siap memberikan pendampingan,” ujar Sahat dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (16/12).
Baca Juga: Dokter Jelaskan Bahaya Menahan Buang Air Kecil bagi Kesehatan Sahat menjelaskan bahwa ASF telah menjangkit di beberapa daerah dan menyebabkan banyak peternak babi kehilangan hewan ternaknya. Akibatnya, pasokan daging babi menjadi terbatas. Untuk mengatasi kondisi itu, Barantin telah menyiapkan beberapa langkah. Di antaranya, pengawasan barang bawaan penumpang menjadi prioritas, dengan fokus pada penyuluhan informasi (KIE) kepada penumpang, serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Avian Security (Avsec), Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas), TNI-Polri, dan penanggung jawab alat angkut.
Barantin juga akan melakukan respons cepat terhadap wabah ASF, yang meliputi pengujian, pelarangan, dan pemusnahan babi yang terinfeksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .