Pemerintah berburu Molnupiravir obat Covid-19, bagaimana keampuhannya?



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Sukses mengamankan pasokan vaksin Covid-19, kini pemerintah berburu obat untuk menyembuhkan penyakit akibat virus corona. Obat Covid-19 tersebut adalah Molnupiravir. Benarkah Molnupiravir bisa menjadi obat Covid-19? 

Mengutip pemberitaan Kompas.com Selasa 19 Oktober 2021, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ini berada di Amerika Serikat untuk mendapatkan Molnupiravir, obat Covid-19. Molnupiravir adalah obat Covid-19 yang dibuat pabrik farmasi Merck di Amerika Serikat.

Obat Covid-19 Molnupiravir disebut-sebut berpotensi sebagai pengubah permainan pandemi, terutama bagi mereka yang tidak dapat divaksinasi. Merck saat ini tengah mencari otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS untuk Molnupiravir sebagai obat Covid-19.


Jika izin tersebut diberikan maka kapsul Molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk melawan Covid-19. Saat ini, setidaknya telah ada delapan negara atau wilayah di wilayah Asia-Pasifik yang menandatangani kesepakatan ataupun sedang melakukan pembicaraan untuk mendapat Molnupiravir sebagai obat Covid-19 tersebut. Negara tersebut termasuk Selandia Baru, Australia, dan Korea Selatan.

Menurut Washington Post, Molnupiravir diklaim merupakan obat yang bertujuan untuk mencegah kasus Covid-19 ringan hingga sedang menjadi parah. Adapun penggunaannya disebut digunakan untuk terapi selama lima hari dengan diminum sebanyak dua kali sehari.

Baca juga: Mudah, ini cara pindah faskes BPJS Kesehatan, bisa online atau ke kantor layanan

Molnupiravir sebagai obat Covid-19 telah dilakukan uji klinis terhadap 775 orang yang berisiko tinggi jika divaksin. Hasilnya, obat Molnupiravir diklaim mengurangi setengah risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19.

Adapun pasien yang dilakukan uji klinis tersebut memiliki setidaknya satu faktor risiko mengalami keparahan Covid-19 seperti obesitas atau usia lanjut. Obat dalam uji terpisah juga disebut menunjukkan dapat mempercepat pembersihan virus menular yang ada pada hidung dan tenggorokan. Meski demikian, para ahli medis memperingatkan bahwa vaksin tetap menjadi alat utama untuk melawan virus corona.

Mengutip pemberitaan Kompas.com Selasa, 19 Oktober 2021, Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman angkat bicara terkait klaim keampuhan pil Molnupiravir sebagai obat Covid-19. Menurutnya klaim keampuhan Molnupiravir tersebut memang didasarkan pada data uji klinis yang valid. "Obat ini sebenarnya dari uji klinis awal-awalnya sudah menjanjikan. Dia efektif terhadap keluarga coronavirus. Jadi bukan hanya SARS-CoV-2 (Covid-19) tapi juga SARS-CoV-1, MERS," ujarnya kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Dicky menyebut, secara umum Molnupiravir memiliki kemampuan yang menjanjikan sebagai obat Covid-19. Oleh karena itu, dirinya menyarankan agar Indonesia menjajaki kemungkinan untuk memproduksi obat Covid-19 tersebut secara generik.

Akan tetapi, Dicky menekankan bahwa kabar baik efektivitas Molnupiravir tersebut tidak lantas dijadikan tumpuan utama untuk menyelesaikan pandemi. "Tapi harus diketahui adalah sampai saat ini, jangankan obat, vaksin itu tidak bisa menyelesaikan pandemi, apalagi obat," tegas Dicky.

Menurut Dicky, hal itu perlu ia sampaikan, karena kabar baik ini sebisa mungkin tidak memicu euforia pandemi Covid-19 akan segera berakhir. "Yang akan sangat bermanfaat adalah kita tahu bahwa vaksinasi ini digencarkan. Tapi kan tidak semua keburu divaksin, keburu sakit. Nah ini perlu obat," kata dia.

"Kemudian juga tidak semua orang bisa divaksin. Ada orang yang karena kondisi tubuhnya tidak bisa divaksin. Nah itu perlu obat ketika sakit," lanjutnya.

Dicky menambahkan, Molnupiravir adalah obat oral atau obat yang bisa diminum, dan berfungsi menghambat replikasi RNA virus corona di fase awal. "Efektif sekali kalau diberikan di fase awal. Dia juga merangsang terjadinya error ketika virus sedang dalam proses memperbanyak diri," katanya lagi.

Menurut dia, kemampuan Molnupiravir sebagai obat Covid-10 mencegah virus memperbanyak diri membuat obat tersebut sangat efektif mencegah perburukan Covid-19. Hal menjanjikan lain dari Molnupiravir adalah potensi obat tersebut berperan bukan hanya untuk terapi tetapi juga untuk profilaksis. "Profilaksis itu begini: 'Saya kemarin di kantor kontak dengan orang yang positif'. Ya udah minum obat ini. Itu ada potensi yang begitu. Tapi kita tunggu nanti hasil akhirnya," ujar dia.

Obat Molnupiravir memiliki potensi pencegahan Covid-19

Kemudian, Dicky juga menyebutkan bahwa obat Molnupiravir memiliki potensi pencegahan Covid-19. "Itu berarti misalkan kalau nanti sudah endemi, seperti malaria. Itu di daerah endemi malaria ada aturan minum pil kina untuk mencegah malaria. Jadi ini yang dijanjikan dari Molnupiravir ini (mencegah Covid-19)," kata Dicky.

Namun, ia menyebutkan ada catatan kritis yang diberikan terkait kemampuan Molnupiravir dalam mencegah replikasi RNA virus corona itu. Dicky mengatakan, ada kekhawatiran jika kemampuan tersebut juga bekerja terhadap sel-sel manusia. "Makanya dalam catatan yang saya ketahui, dia tidak atau belum dianjurkan untuk wanita hamil," kata Dicky.

Itulah informasi Molnupiravir sebagai obat Covid-19. Semoga usaha pemerintah mendapatkan Molnupiravir sebagai obat Covid-19 membuahkan kabar gembira.

Selanjutnya: Membandingkan Zifivax dengan 9 macam vaksin Covid-19 lain yang diizinkan BPOM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto