Pemerintah berminat beli 7% saham Newmont



JAKARTA. Pemerintah pusat resmi menyatakan minat membeli 7% divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) jatah 2010. Pemerintah menilai saham NNT cukup prospektif untuk dikoleksi.

Sebagai bukti keseriusan pemerintah, pada Sabtu (18/12) lalu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengirim surat pemberitahuan kesediaan membeli 7% saham NNT ke beberapa pihak, seperti kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan manajemen NNT.

Tanggal 18 Desember 2010 adalah tenggat akhir pernyataan minat atau tidak membeli 7% saham NNT. Itu sesuai kesepakatan 18 November 2010 antara NNT dan pemerintah. Isi kesepakatannya, harga penjualan 7% saham NNT ini US$ 271,95 juta. Acuannya, nilai total aset NNT US$ 3,885 miliar. Batas akhir pernyataan minat pembelian adalah 30 hari setelah pertemuan itu.


Agus menyatakan, saham sektor pertambangan menguntungkan bagi pemerintah Indonesia. Apalagi, NNT memiliki lima kawasan pertambangan yang masih dalam taraf pengolahan awal. Artinya, NNT memiliki potensi yang bagus ke depan. "Keuntungan industri ekstraktif itu bagus, dan komoditas tambang itu harganya lagi tinggi," kata Agus, Senin (20/12).

Menteri ESDM Darwin Zahedi Saleh dan Juru Bicara NNT Rubi Purnomo mengaku telah menerima pemberitahuan Menteri Keuangan mengenai persetujuan pembelian saham ini. "Kini kami menunggu langkah pemerintah selanjutnya," kata Rubi.

Yang menjadi pertanyaan, apa pemerintah benar-benar serius membeli jatah terakhir saham divestasi NNT? Ini akan dikaji dalam tiga bulan ke depan.

Menilik pengalaman selama ini, pemerintah acap mengurungkan niatnya membeli saham NNT dan lebih suka memberi karpet merah kepada swasta. Contoh, porsi 24% saham divestasi NNT periode 2006-2009, akhirnya jatuh ke perusahaan patungan pemerintah daerah di Nusa Tenggara Barat dan Grup Bakrie.

Sejauh ini, PT Bumi Resources dari Grup Bakrie siap membeli porsi itu. "Kami minat jika memang ada," tutur Juru Bicara BUMI Dileep Srivastava. Naga-naganya, babak akhir divestasi NNT akan berlangsung seru dan panas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can