KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal merilis Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis baru yang diklaim lebih ramah lingkungan dan diharapkan jadi solusi mengatasi polusi Udara yang jadi masalah menahun terutama di Jabodetabek. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengatakan BBM yang akan diluncurkan ini mengandung lebih rendah sulfur. Nantinya BBM ini bisa dijadikan alternatif dalam mengatasi masalah polusi udara. "Udara kita selama ini kan banyak emisi, bagaimana caranya supaya mengurangi (emisi), (supaya) kita hidup sehat, ini alternatifnya pakai BBM rendah sulfur," ujar Arifin pada media di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (12/7).
Baca Juga: Pemerintah Bakal Luncurkan BBM Jenis Baru, Ekonom: Bisa Jadi Tambah Masalah Adapun rencana ini masih terus dikaji. Pemerintah juga tengah mencari bahan pencampur yang dapat mengurangi kandungan sulfur sesuai dengan standar emisi Euro 5 yakni kadar sulfur di bawah 50 parts per million (ppm). "Sekarang kan kita masih 500 ppm-an. Kalau standarnya Euro 5 kan harus di bawah 50. Menuju itu kan ongkosnya ada. Tapi kilang kita belum kelar sih di Balikpapan," katanya. Meski demikian, Arifin belum menjelaskan kapan BBM ramah lingkungan tersebut akan diluncurkan. Menurutnya pemerintah masih terus mempertajam rencana ini. Merespons hal ini, Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri menilai kebijakan ini bisa menimbulkan masalah baru.
Baca Juga: BBM Baru Bakal Rilis 1 Septmber, Airlangga: Tak Ada Pembatasan Produk Bersubsidi Menurutya pernah terjadi pada saat pemerintah memaksakan penggunaan pertalite, yang nyatanya masih tinggi sulfur. Untuk itu, tak banyak produk pertalite di jual di negara lain. "Ini sama menyelesaikan masalah dengan menciptakan masalah baru, seperti dulu premium dibunuh dan muncul pertalite, pertalite (mau) dibunuh, muncul macam BBM Baru yang masih ngak tahu ini," kata Faisal usai Diskusi Indef dipantau daring Kamis (18/7). Menurutnya, BBM baru yang diklaim rendah sulfur ini kemungkinan adalah jenis solar. Kendati begitu, ia pun tatap heran dengan ide tersebut yang baru dicetuskan baru-baru ini. Padahal, sebelumnya, ia telah menyampaikan kepada Pemerintah terkait cara mengelola minyak gas bumi Indonesia sejak tahun 2014-2015. Saat itu, ia tengah menjabat sebagai Tim Tata Kelola Migas.
Baca Juga: Penjualan Pertalite akan Dibatasi Setelah Revisi Perpres 191/2014 Disahkan Faisal mengaku rekomendasi yang disampaikanya pun detail agar harga BBM tidak fluktuatif, maka harus ada pengaman melalui revitalisasi kilang. "Masa sih karena standar kita sulfurnya tinggi, terus kita beli dengan sulfur rendah terus kita campur?," tanyanya. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah secara bertahap akan mengganti BBM fosil yaitu bensin menjadi Bioetanol. Luhut bilang, bioetanol juga bisa menjadi solusi untuk menekan polusi udara karean sulfurnya bisa berkurang dari 500 ke 50. Rencana ini sejalan dengan upaya pemerintah yang bakal memperketat penerimaan subsidi BBM mulai 17 Agustus 2024 guna menghemat APBN.
Baca Juga: Siap-siap Tarif Listrik akan Naik Setelah Juni? Ini Kata Kementerian ESDM Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomia, Airlangga Hartarto menambahkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan peluncuran Bahan Bakar Minyak (BBM) baru ramah lingkungan. Airlangga menyebut peluncuran BBM rendah sulfur ini rencananya akan dilakukan pada 1 September mendatang, dimulai dengan program sosialiasi dari pemerintah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli