Pemerintah Buka Peluang Impor Beras Lagi, Pengamat: Impor Memang Perlu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah buka peluang impor beras lagi sebesar 1,5 juta ton untuk amankan cadangan beras pemerintah (CBP) akhir tahun ini. 

Merespon hal ini, Pengamat Pertanian, Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai impor beras saat ini memang diperlukan karena beberapa alasan. 

Pertama, untuk memastikan Bulog punya stok CBP yang memadai untuk meredam harga yang kian melambung beberapa bulan ini. 


Kedua, kondisi produksi beras dalam negeri yang terbatas karena penurunan produksi. Mengacu pada data survei Kerangka Sampel Area (KAS) Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras Januari - November tahun ini diperkirakan lebih rendah 0,97 juta ton dari periode yg sama tahun lalu. 

Baca Juga: Rencana Impor Beras Tambahan, Buwas: China Sudah Siapkan 1 Juta Ton

"Pada saat yg sama, konsumsi pada periode yg sama diperkirakan naik 0,33 juta ton beras. Karena itu, tahun ini sepertinya tidak ada surplus produksi tahunan," kata Khudori pada Kontan.co.id, Kamis (5/10). 

Ketiga, pemerintah perlu memastikan rentetan momentum di awal tahun depan seperti pemilihan umum (pemilu) pada bulan Februari yang memungkinkan keperluan beras untuk sembako akan meningkat. Selanjutnya, Maret ada momentum Ramadan dan April ada hari raya Idul Fitri. 

"Ini semua diikuti kenaikan konsumsi," jelas Khudori. 

Baca Juga: Agar Tak Merugikan Masyarakat dan Petani, Harus Ada Satu Data Beras Nasional

Namun demikian, menurutnya impor sebanyak 1,5 juta ton ini perlu diperhitungkan kembali lebih cermat. Selain itu pemerintah juga harus dapat memastikan kapan beras impor ini datang ke Indonesia. 

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan impor kembali ini dilakukan lantaran produksi beras sampai akhir tahun diprediksi akan terus menurun, sementara Perum Bulog harus punya stok CBP sebanyak 1 juta ton sampai akhir tahun nanti. 

"Kalau produksinya cukup tidak (impor), kalau enggak cukup ya kita siapkan (impor) 1,5 juta ton itu berdasarkan hitungan kita," jelasnya, Rabu (4/10). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .