Pemerintah cari pendanaan dari ritel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah gencar melakukan pendalaman pasar dengan menerbitkan berbagai instrumen surat utang bagi investor ritel. Ini dinilai sebagai upaya jangka panjang pemerintah dalam memperbesar porsi kepemilikan investor domestik, khususnya ritel, di surat berharga negara (SBN).

Setelah resmi menjajakan saving bond ritel seri 4 (SBR004), pemerintah siap menerbitkan dua instrumen serupa bagi investor ritel. Keduanya akan diluncurkan di sisa tahun ini.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, setelah masa penawaran SBR004 berakhir pada 13 September, pemerintah bakal menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 15 pada Oktober mendatang.


Walau sama-sama diperuntukan bagi investor ritel, SBR dan ORI memiliki karakteristik dasar yang berbeda. Di antaranya, investor dapat memperdagangkan ORI di pasar sekunder.

Setelah ORI015 meluncur, pemerintah juga berniat menerbitkan Sukuk Tabungan seri 2 (ST002) pada bulan November mendatang. Instrumen ini merupakan surat utang negara berbasis syariah yang ditujukan untuk investor ritel. Seperti halnya SBR004, ST002 juga tidak diperdagangkan di pasar sekunder.

Walau sudah mematok waktu penerbitan, pemerintah masih enggan menyebut target indikatif yang dipatok untuk penerbitan ORI dan sukuk tabungan tersebut. Namun, Luky mengamini pemerintah tidak menutup kemungkinan kedua instrumen tersebut juga akan ditawarkan secara online. Sekarang masih dikaji dan kami juga masih melihat bagaimana minat masyarakat, ujar dia, Senin (20/8).

Terlepas dari itu, kehadiran ORI15 dan ST002 akan memperkaya pilihan instrumen bagi investor ritel. Ditambah lagi, pemerintah juga masih membutuhkan dana demi memenuhi target penerbitan SBN di tahun ini yang mencapai Rp 822,26 triliun. Saat ini realisasi penerbitan SBN ada di kisaran 60%, imbuh Luky.

Jangka panjang

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengungkapkan, dampak penerbitan instrumen surat utang ritel yang masif di tahun ini tidak bisa dirasakan dalam waktu pendek. Sebab, dari sisi nilai kepemilikan, jumlah dana investor ritel di SBN memang masih mini.

Data DJPPR mencatat, porsi kepemilikan investor ritel atau individu di SBN hanya 2,83%. Nilainya Rp 63,67 triliun per 16 Agustus lalu.

Karena itu, Made melihat, penerbitan instrumen ini condong sebagai langkah jangka panjang pemerintah dalam memperkuat basis investor domestik, khususnya ritel. "Dari sini terlihat pemerintah lebih mengincar bertambahnya jumlah investor ketimbang dananya," papar dia.

Jika akhirnya jumlah investor ritel terus bertambah, pemerintah bisa memperbanyak frekuensi penerbitan surat utang berbasis ritel pada tahun-tahun mendatang.

Walau sifatnya saling melengkapi, dari sederet instrumen surat utang berbasis ritel yang tersedia, SBR dan Sukuk Tabungan dinilai Made paling bisa dimaksimalkan untuk menggenjot pertumbuhan investor ritel. Pasalnya, kedua instrumen tersebut memiliki karakteristik serupa, yakni tidak diperdagangkan di pasar sekunder.

Alhasil, instrumen ini benar-benar dimiliki oleh investor ritel domestik. Investor institusi masih bisa masuk ORI lewat pasar sekunder.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie