Pemerintah China Ubah Aturan Valuta Asing



SHANGHAI. Derasnya aliran uang panas ke China yang ingin menikmati keuntungan dari penguatan yuan makin mengkhawatirkan Pemerintah China. Alhasil, Rabu kemarin (6/8), Beijing merevisi aturan sistem valuta asing mereka untuk pertama kali dalam sebelas tahun terakhir.

Dalam situsnya www.safe.gov.cn, bank sentral, badan pengawas valuta asing alias foreign exchange (forex), dan kabinet China menyatakan, pemerintah telah menyederhanakan persetujuan investasi perusahaan China ke luar negeri. Malahan, mereka juga mengizinkan perusahaan lokal menaruh pendapatan dalam mata uang asing di luar negeri.

Menurut aturan yang lama, perusahaan wajib menukarkan atau menyimpan pendapatan mata uang asing di bank-bank China. "Aturan baru menghapus kewajiban bahwa semua pendapatan mata uang asing harus dikirim kembali ke China," demikian bunyi pernyataan itu.


Terakhir kali, Beijing merevisi aturan valas pada 1997, saat Asia mengalami krisis. Saat itu, China berupaya keras mencegah dana kabur ke luar negeri

Bisa mendorong dana keluar

Para analis menduga, tujuan penerbitan aturan baru ini adalah untuk mendorong aliran dana keluar China. Dengan begitu, penguatan yuan akan berkurang. "Ini sesuai dengan upaya China mengurangi aliran masuk dana ilegal dan mencegah spekulasi," ujar Nick Chamie, Kepala Riset Emerging Market Royal Bank of Canada.

Adapun Gene Ma, Kepala Ekonom China Economic Monitor, di Beijing, menilai, aturan baru ini akan memuluskan membuat investasi warga China di pasar saham dan derivatif luar negeri meningkat pesat. Bahkan, ia menduga, tak lama lagi, perusahaan asing mungkin akan boleh menerbitkan saham di China.

Selain itu, berkurangnya penguatan yuan bisa membuat jumlah aliran dana keluar melebihi dana yang masuk China (net outflow). "Ini membantu China menjaga stabilitas keuangannya," imbuh Ma.

China tak perlu khawatir aliran dana keluar akan mengganggu stabilitas moneter mereka. Sebab, cadangan devisa China sudah mencapai rekor US$ 1,81 triliun akhir bulan Juni 2008 silam Satu hal lagi, aturan baru itu juga menuliskan bahwa, saat ini, kebijakan nilai tukar Negeri Panda itu adalah "managed floating" berdasarkan penawaran dan permintaan. Sebelumnya, pejabat China sudah menerapkan kebijakan ini. Cuma, baru sekarang, mereka merumuskan definisinya dalam aturan yang resmi.

Pada praktiknya, bank sentral mengontrol ketat nilai tukar yuan. Dan, tampaknya, hal ini tak akan berubah dalam waktu dekat. Namun, definisi baru itu memberi harapan bahwa otoritas bank sentral China akan membiarkan nilai tukar yuan bergerak lebih bebas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie