JAKARTA. Pemerintah sudah mulai melakukan proses pra studi kelayakan untuk merealisasikan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Proyek berskema public private partnership (PPP) ini merupakan garapan pemerintah bersama Japan Railway Technical Service (JARTS). Proyek ini membutuhkan investasi yang cukup besar hampir Rp 60 triliun. Dari nilai investasi tersebut, pemerintah hanya menyanggupi keterlibatan investasi maksimal 70% dari nilai proyek. Sementara sisanya akan diserahkan ke swasta. Bastary Panji Indra, Direktur Kerjasama Pemerintah Swasta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengatakan, nilai investasi yang direncanakan tersebut bisa saja membengkak lagi setelah studi kelayakan. Namun, pemerintah akan mencoba mencari skema lainnya untuk mengurangi kontribusi pemerintah dalam proyek tersebut. “Harus dicari cara lagi bagaimana supaya kontribusi pemerintah berkurang,” ujarnya, Senin (19/3).
Pemerintah cuma mampu biayai 70% kereta api cepat
JAKARTA. Pemerintah sudah mulai melakukan proses pra studi kelayakan untuk merealisasikan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Proyek berskema public private partnership (PPP) ini merupakan garapan pemerintah bersama Japan Railway Technical Service (JARTS). Proyek ini membutuhkan investasi yang cukup besar hampir Rp 60 triliun. Dari nilai investasi tersebut, pemerintah hanya menyanggupi keterlibatan investasi maksimal 70% dari nilai proyek. Sementara sisanya akan diserahkan ke swasta. Bastary Panji Indra, Direktur Kerjasama Pemerintah Swasta Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengatakan, nilai investasi yang direncanakan tersebut bisa saja membengkak lagi setelah studi kelayakan. Namun, pemerintah akan mencoba mencari skema lainnya untuk mengurangi kontribusi pemerintah dalam proyek tersebut. “Harus dicari cara lagi bagaimana supaya kontribusi pemerintah berkurang,” ujarnya, Senin (19/3).