Pemerintah dan DPR Kerek Alokasi Subsidi Energi di Tahun Politik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun politik 2024, parlemen dan pemerintah bersepakat mengerek alokasi subsidi energi. DPR setuju untuk meningkatkan alokasi anggaran subsidi energi tahun 2024 dari usulan awal pada Agustus 2023.

Alokasi anggaran subsidi energi tahun depan ditetapkan Rp 189,10 triliun. Angka ini naik 1,73% dari usulan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang mencapai Rp 185,87 triliun.

Anggota Komisi II sekaligus anggota Panitia Kerja (Panja) Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN 2024 Nurul Arifin menyampaikan, alokasi subsidi energi tersebut meliputi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) tertentu dan elpiji tabung 3 kg sebesar Rp 113,2 triliun, meningkat dari usulan awal sebesar Rp 110 triliun.


Baca Juga: Menakar Dampak Kenaikan Harga Minyak Mentah Terhadap Komoditas Lainnya

Sementara itu, subsidi listrik disepakati Rp 75,8 triliun, atau masih sama dengan usulan awal. "Alokasi anggaran subsidi energi tahun depan ditetapkan Rp 189,10 triliun," tutur Nurul, Selasa (19/9).

Adapun volume BBM tahun depan dipatok sebesar 19,58 juta kiloliter (kl), terdiri dari minyak tanah 0,58 juta kl, dan minyak solar 19 juta kl. Kemudian, volume elpiji 3 kg dipatok 8,03 juta metrik ton, serta subsidi tetap minyak solar sebesar Rp 1.000 per liter.

Arah kebijakan subsidi BBM dan elpiji 3 kg tahun depan di antaranya melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk solar dan subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah, melanjutkan roadmap registrasi konsumen pengguna BBM, dan melanjutkan transformasi subsidi elpiji tabung 3 kg menjadi berbasis penerima manfaat dan terintegrasi dengan data penerima manfaat yang akurat, di antaranya dengan pendataan pengguna elpiji 3 kg berbasis teknologi.

Baca Juga: Jokowi Ingatkan Perusahaan Tambang Bikin Persemaian Mangrove

Sementara itu, arah kebijakan subsidi listrik pada 2024 di antaranya memberikan subsidi listrik ke golongan yang berhak, subsidi listrik untuk rumah tangga diberikan tepat sasaran bagi rumah tangga miskin dan rentan, serta mendorong kebijakan tariff adjustment untuk pelanggan nonsubsidi yang diselaraskan dengan kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat.

Alasan peningkatan subsidi energi pada tahun depan lantaran sejumlah indikator seperti minyak mentah dan nilai tukar bergerak volatil. 

Baca Juga: Harga Minyak Yang Terus Memanas Bisa Memantik Harga Komoditas Lain

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja itu menjelaskan, ada banyak perubahan pada prospek ekonomi domestik dan global dalam tiga minggu terakhir. Salah satu contohnya harga minyak Brent yang naik menjadi US$ 95 per barel atau naik 11%. 

"Dalam situasi ekonomi seperti ini, asumsi-asumsi dasar terus berubah," kata Menkeu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli