KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia memberikan prioritas pada upaya merevitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi atau Technical Vocational Education and Training (TVET). Hal ini didorong sesuai dengan Visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara maju dengan pendapatan tinggi serta Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kelima dunia. Apalagi dengan adanya peluang bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2030, Indonesia berpotensi besar untuk memanfaatkan peluang itu jika dapat mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan baik.
Baca Juga: Kemenperin Klaim Cetak 38.000 Tenaga Kerja Selama 2023 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Moh. Rudy Salahuddin mengatakan, salah satu poin penting dalam Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi adalah meningkatkan keterlibatan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) dalam kegiatan vokasi, seperti penyusunan standar kompetensi, kurikulum, penyediaan tempat magang, dan penyediaan pelatihan. Hal itu diungkap Rudy dalam acara Penutupan Proyek TVET System Reform 2.0, di Jakarta “Diharapkan dengan kolaborasi berbagai pihak, kita dapat mempersiapkan SDM yang dapat menjawab kebutuhan industri, dan memperoleh input yang sesuai untuk mempersiapkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja,” kata Rudy, dalam keterangannya, Rabu (12/6). Proyek TVET System Reform 2.0 (TSR 2.0) sendiri merupakan upaya kerja sama antara Kemenko Perekonomian Republik Indonesia dan Lembaga Kerja Sama Pembangunan Jerman, yang diimplementasikan oleh The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ).
Baca Juga: PPG Prajabatan Gelombang 2 2023 Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya "Proyek ini bertujuan mendukung pelaksanaan elemen-elemen kunci dari agenda reformasi Pemerintah Indonesia dalam bidang TVET, termasuk dalam hal ini Strategi Nasional (Stranas) Vokasi," ucapnya. Telah banyak capaian yang diperoleh selama tiga tahun pelaksanaan TSR 2.0, di antaranya mendukung proses penyusunan Stranas Vokasi dan mekanisme koordinasi TVET melalui dukungan Bundesinstitut für Berufsbildung (BiBB) atau lembaga koordinasi TVET Jerman, serta mendukung KADIN melalui kegiatan KADIN Capacity Development (KCD), yang dirancang secara sistematis dan praktis untuk membantu perusahaan menjalankan kegiatan vokasi. Proyek ini juga menginisiasi pelatihan in-company master trainer untuk selanjutnya melatih para pelatih tempat kerja yang disebarkan ke seluruh industri.
Baca Juga: Kemenaker Optimistis Gaji Pekerja Minimal Rp 10 Juta per Bulan Bisa Tercapai di 2045 Kolaborasi TSR 2.0 juga menginisiasi penggunaan alat virtual reality (VR), instrumen digital yang sangat efektif untuk membantu pembelajaran vokasi, mulai dari mengatasi kekurangan guru hingga menghemat biaya praktik kerja. “Saya yakin, hasil dan legacy yang ditinggalkan dari agenda bersama ini akan berdampak dan berkelanjutan. Kami berharap kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Jerman dapat terus berlanjut ke depan dalam rangka memajukan TVET System di Indonesia, guna menghasilkan SDM yang terampil, berdaya saing dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja ke depan,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli