KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Keatif mendukung permintaan masyarakat Suku Baduy untuk membatasi kunjungan wisatawan yang datang ke perkampungan Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hari Santosa Sungkari, mengatakan, pengunjung yang hendak berkunjung ke Desa Kanekes atau yang ingin berkunjung ke perkampungan Suku Baduy dalam harus menghormati dan mematuhi aturan adat yang sudah ada.
Baca Juga: Jatim mengincar pelancong lokal melalui Kawasan Bromo Tengger Semeru “Kita menganut Sustainable Tourism. Artinya kita menjaga agar (wisatawan) tidak berjibun-jibun yang datang, dengan begitu kita tetap menjaga keseimbangan lingkungan fisik dan budaya sehingga budaya itu tetap eksis, fisiknya tetap lestari,” kata Hari dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (20/7). Perwakilan Suku Baduy, Uday Suhada, juga mengungkapkan keinginan Suku Baduy untuk mengganti istilah “Wisata Budaya Baduy” menjadi “Saba Budaya Baduy”yang sebenarnya telah dicetuskan dan ditulis dalam Perdes Saba Budaya pada 2007. ”Saba ini bermakna silaturahmi, saling menghargai dan menghormati antar adat istiadat masing-masing. Di atas itu semua, saling menjaga dan melindungi nilai-nilai yang berkembang dan hidup di masyarakat setempat dan masyarakat yang datang berkunjung,” ungkap Uday. Hal senada juga ditambahkan oleh salah seorang tetua adat Suku Baduy Dalam, Ayah Mursid. Ia meminta agar aturan Saba Budaya Baduy lebih diperjelas dan disosialisasikan dengan optimal. “Kami berharap (saba budaya) diperjelas aturannya. Mana saja rute yang boleh dan tidak boleh dilewati menuju Kampung Baduy, dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikerjakan,” sebut Mursid.
Baca Juga: Kemenkeu: Insentif untuk tenaga kesehatan akan diperpanjang Mursid juga memberikan masukan agar didirikan pusat informasi mengenai Suku Baduy di luar perkampungan adat. Sehingga, calon pengunjung yang ingin mendatangi Kawasan Adat Baduy bisa mempelajari terlebih dahulu apa saja adat istiadat yang ada serta menjelaskan tujuan kedatangannya. Hal ini disambut baik oleh Hari. Ia mempertimbangkan untuk membuat aplikasi sebagai pusat informasi dan sarana pendaftaran bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Kawasan Adat Suku Baduy. Pasalnya diperkirakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Baduy setiap hari mencapai ratusan orang. “Ini bisa berbentuk aplikasi nantinya. Jadi siapa yang datang kapan mau datang kalau sudah melebihi (batas pengunjung) ini akan ada pemberitahuan bahwa kapasitasnya sudah berlebih. Sehingga kita tidak terulang ada ribuan orang yang belum tentu mendatangkan manfaat,” tutur Hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi