Pemerintah Dukung Percepatan Pemulihan Ekonomi Global dalam Presidensi G20



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah Indonesia mendukung percepatan pemulihan ekonomi global dengan mengedepankan tiga isu utama sebagai prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia.

Hal ini dilakukan dengan menata kembali arsitektur kesehatan dunia yang lebih inklusif dengan menjamin ketersediaan vaksin yang lebih merata dan sistem kesehatan yang tangguh dan inklusif.

Kemudian, mendorong transformasi ekonomi berbasis digital untuk mendorong UMKM dan menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Prioritas ketiga adalah mempercepat transisi energi yang lebih ramah lingkungan.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan, transisi energi bukan hanya harus adil antara kepentingan negara berkembang dan negara maju, tetapi juga harus terjangkau, baik dari sisi teknologi maupun pembiayaannya.

Baca Juga: Bertemu Duta Besar Amerika Serikat, Mendag Zulhas: Sepakat Pererat Hubungan Ekonomi

“Ketiga topik utama tersebut akan menjadi panduan bagi para Pemimpin Negara G20 untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang pro rakyat, konkret, dan dapat diimplementasikan. Di samping itu, Presiden RI Joko Widodo sudah menyampaikan arahan agar Presidensi G20 menghasilkan proyek dan kerja sama ekonomi yang implementatif sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi global,” ujar Airlangga seperti dikutip dalam rilisnya, Rabu (29/06).

Mengenai transisi energi, Airlangga mengatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia salah satunya digunakan untuk mengenalkan skenario Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission di tahun 2060.

Negara anggota G20, lanjutnya, juga harus berfokus pada sumber pendanaan untuk investasi pada transisi energi ke energi terbarukan.

“Ada semacam model yang sedang dibahas dengan ADB dan lembaga keuangan lain yakni model yang akan optimal secara ekonomi untuk mempercepat transisi, terutama energi yang berbasis fosil, khususnya PLTU,” jelasnya.

Baca Juga: G20 Mengusung Tema Vokasi untuk Mengisi SDM Digital

Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis energi akibat perang antara Rusia dan Ukraina, setiap negara termasuk di Eropa mengutamakan energy security, karena mereka akan mengalami musim dingin sehingga membutuhkan diversifikasi suplai energi dari Rusia, misalnya dalam bentuk LNG dan batu bara.

Airlangga bilang, dalam jangka menengah, energi terbarukan tetap penting. Indonesia tetap akan mendorongnya dengan berbagai kegiatan. Pemerintah juga akan memberikan insentif, seperti insentif fiskal, sehingga proses transisi menuju energi terbarukan akan tercapai dalam waktu tak terlalu lama.

Untuk mendukung hal tersebut, salah satu upaya Pemerintah yaitu dengan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Di dalam UU tersebut juga mengandung unsur green economy, antara lain tentang pajak karbon yang akan diterapkan pada pertengahan tahun ini. 

Baca Juga: Indonesia Ingin Jerman Jadi Mitra Untuk Olah Potensi EBT

“Jadi Indonesia punya resiliensi lebih dan fleksibilitas untuk merespon risiko ketidakpastian yang muncul di pasar global,” ucap Airlangga.

Sebagai Presidensi G20 tahun 2022 ini, Indonesia berusaha menyeimbangkan beragam kepentingan dari seluruh anggota G20, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal tersebut berlaku dalam pembahasan banyak agenda Sherpa maupun Finance Track, termasuk isu kesehatan, energi, lingkungan, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli