Pemerintah Gerojokkan Insentif untuk Kontraktor Listrik Swasta




JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk memberikan sejumlah insentif bagi Independent Power Producer (IPP) yang akan membangun pembangkit listrik dalam proyek 10.000 Megawatt tahap II. Salah satu insentif yang telah disepakati adalah pemberian dana kompensasi Clean Development Mechanism (CDM) yang telah diatur dalam Kyoto Protokol.

"Tetapi mereka harus menurunkan harga listrik dan harus menjaga lingkungan," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro usai rapat koordinasi di Istana Wapres, Rabu (21/1).

Purnomo menjelaskan bahwa pembangunan pembangkit Listrik 10 ribu MW tahap II akan lebih banyak menggunakan energi baru dan terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air, panas bumi, serta gas sehingga lebih ramah lingkungan.

Menurut Purnomo, berdasarkan Protokol Kyoto, negara-negara maju akan memberikan uang kompensasi bagi negara-negara yang menggunakan energi terbarukan. "Wapres tadi sudah memutuskan dana kompensasi tersebut tak akan diambil pemerintah tetapi diberikan ke IPP," kata Purnomo.

Dasar hukum pembangunan proyek setrum tahap II ini akan dituangkan dalam Perpres, termasuk sejumlah insentif yang akan diberikan. Purnomo menyebutkan ada tiga insentif yang akan diberikan. Pertama, akan ada comfort letter atau surat yang menyatakan bahwa PLN akan membayar IPP. Kedua, mengenai impor bea masuk barang modal yang akan ditingkatkan. dan Ketiga, insentif PPn kegiatan eksploitasi panas bumi. "Usulan ini akan digodok Menteri Keuangan," kata Purnomo.

Purnomo menjelaskan bahwa untuk proyek 10 ribu MW tahap II terdiri dari 99 proyek pembangkit listrik. PLN akan menggarap 45 proyek di Jawa dan Bali, sementara IPP akan mengerjakan 54 proyek.

Sementara Dirut PLN Fahmi Mohtar menambahkan, dari 10 ribu MW tahap II, PT PLN akan menggarap sekitar 3600 MW dan IPP sebesar 6400 MW. Dari total 10 ribu MW Tahap II, sebesar 26% merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap, 14% Pembangkit Listrik Tenaga Gas, 12% Pembangkit Listrik Tenaga Air dan 48% Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. "Potensi panas bumi Indonesia mencapai 27 ribu Megawatt atau yang terbesar didunia," ucapnya.

Proyek setrum tahap II ini akan menelan investasi sebesar US$ 17,3 Miliar, yang terdiri dari investasi PLN sebesar US$ 3,8 miliar dan IPP sebesar US$ 13,5 miliar. Proyek yang akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini, akan dibiayai dari sejumlah sumber pembiayaan. antara lain, pinjaman lunak, kredit ekspor, penerbitan global bond. "Sumbernya mixed dari itu semua, tetapi secara umum belum kami tentukan," kata Fahmi.

Dalam proyek ini, sejumlah lembaga keuangan sudah menyatakan komitmennya. antara lain World Bank melalui pinjaman sebesar US$ 1,1 miliar dan JBIC sebesar US$ 200 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: