Pemerintah harap Pertamina gerak cepat tingkatkan produksi Blok Rokan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap PT Pertamina (Persero) bisa segera melaksanakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) setelah resmi mengelola Blok Rokan pada Agustus 2021 mendatang.

Pelaksanaan teknologi EOR dilakukan agar dapat meningkatkan produksi Blok Rokan. Dalam proposalnya, Pertamina memang menjanjikan penggunaan teknologi EOR sehingga bisa meningkatkan produksi minyak sampai 500.000 barel per hari.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto meminta agar penerapan teknologi EOR setidaknya dapat mulai dilaksanakan tahun 2023. Ini lantaran Chevron Pasific Indonesia sebagai operator Blok Rokan saat ini, telah melaksanakan uji coba chemical EOR di Lapangan Minas selama 10 tahun dan fasilitas pun telah tersedia di blok tersebut.


“Pilot project-nya kan sudah (dilaksanakan 10 tahun), langsung full scale. Karena lapangannya kan sama, fasilitasnya (EOR) sudah di situ,” kata Djoko seperti dilansir dari migas.esdm.go.id pada Jumat (3/8).

Dengan adanya fasilitas EOR yang telah dibangun Chevron, Pertamina dapat langsung melakukan injeksi bahan kimia pada sumur-sumur minyak tersebut. Saat ini dari hasil uji coba yang dilakukan Chevron di Lapangan Minas, produksinya mencapai 100.000 per hari. Setelah dilakukan EOR oleh Pertamina nantinya, Djoko yakin pada tahun 2024 mendatang, produksi Blok Rokan mulai meningkat dan mencapai 500.000 barel per hari sesuai dengan proposal Pertamina kepada Pemerintah.

Nantinya seluruh hasil produksi Blok Rokan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga dapat mengurangi impor minyak mentah Indonesia.

Lebih lanjut Djoko bilang teknologi EOR wajib diterapkan di Blok Rokan karena blok tersebut merupakan blok yang sudah tua. Chevron telah mengelola Blok Rokan sejak tahun 1971.

“Namanya lapangan tua, di seluruh dunia yang namanya lapangan tua pasti produksinya turun. Pertamina tidak masuk saja, (saat ini) Chevron masih di situ, itu kan decline. Satu-satunya jalan adalah EOR untuk meningkatkan produksi minyak. Harus dengan cara-cara teknologi baru,” papar Djoko.

Sekedar informasi, Blok Rokan memiliki luas 6.220 km dan terdiri dari 96 lapangan di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap. Penurunan produksi Blok Rokan terjadi sejak 2007.

Pemerintah dalam keputusannya tanggal 31 Juli 2018, menyerahkan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina mulai tahun 2021 mendatang, setelah kontrak kerja sama dengan Chevron berakhir. Keputusan ini diambil dengan empat pertimbangan yaitu Pertamina mengajukan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar US$ 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun dan bonus tanda tangan ini nantinya akan masuk ke kas negara.

Besaran nilai komitmen kerja pasti untuk investasi yang diberikan oleh Pertamina selama lima tahun awal senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun, meningkatnya potensi pendapatan negara selama 20 tahun negara setelah mendapatkan potensi pemasukan sebesar US$ 57 miliar atau sekitar Rp 825 triliun.

Selain itu, ada juga diskresi Menteri ESDM yang didasarkan pada perubahan sistem fiskal dari Cost Recovery menjadi Gross Split di mana Pertamina meminta diskresi sebesar 8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia