KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memastikan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral, dalam menghadapi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog). Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti mengatakan, upaya ini dilakukan agar segera ada tindakan apabila ditemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut, terutama pada anak dibawah usia 11 tahun. "Investigasi penyebab hepatitis akut dilakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap," kata Brian dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/5). Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintan daerah, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan pemangku kepentingan. Hal ini untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hapatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya tersebut. Brian menjelaskan, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan cepat memburuk. Ia menguraikan gejala umum dari hepatitis, yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urin, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam, serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. "Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera dibawa ke rumah sakit atau faskes. Karena jika terlambat penanganan akan terjadi kegagalan fungsi hati yang ditandai dengan gangguan kesadaran," jelas Brian. Brian mengakui, sejauh ini memang belum diketahui penyebab dari hepatitis akut yang sekarang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) tersebut. Sebab, dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang umumnya menjadi penyebab hepatitis. Dalam kaitan dengan kabar ditemukan SARS-CoV-2 atau Adenovirus pada beberapa kasus, menurut Brian, hal itu belum bisa dibuktikan.
Pemerintah Investigasi Penyebab Hepatitis Misterius
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memastikan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral, dalam menghadapi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog). Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti mengatakan, upaya ini dilakukan agar segera ada tindakan apabila ditemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut, terutama pada anak dibawah usia 11 tahun. "Investigasi penyebab hepatitis akut dilakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap," kata Brian dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/5). Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintan daerah, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan pemangku kepentingan. Hal ini untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hapatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya tersebut. Brian menjelaskan, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan cepat memburuk. Ia menguraikan gejala umum dari hepatitis, yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urin, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam, serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati. "Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera dibawa ke rumah sakit atau faskes. Karena jika terlambat penanganan akan terjadi kegagalan fungsi hati yang ditandai dengan gangguan kesadaran," jelas Brian. Brian mengakui, sejauh ini memang belum diketahui penyebab dari hepatitis akut yang sekarang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) tersebut. Sebab, dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang umumnya menjadi penyebab hepatitis. Dalam kaitan dengan kabar ditemukan SARS-CoV-2 atau Adenovirus pada beberapa kasus, menurut Brian, hal itu belum bisa dibuktikan.