KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi anak sekolah di masa pandemi. Nadiem Makarim, Menteri Kemendikbud Ristek menyebut, data dari Bank Dunia dan institusi riset lainnya memaparkan bahwa dampak
learning lost sangat mengkhawatirkan lantaran penundaan PTM terbatas. Terlebih lagi bagi sekolah di tingkat PAUD dan Sekolah Dasar yang dinilai paling membutuhkan penerapan PTM terbatas. Di sisi lain, PTM juga membuat orangtua khawatir akan terbentuknya ancaman kluster Covid-19 bagi para anak.
Baca Juga: Dilema Sekolah Tatap Muka, Ancaman Kesehatan atau Kualitas Pendidikan? Hal yang sama juga dirasakan pada Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs PT Nusantara Infrastructure Tbk (
META). Menghadapi sistem PTM terbatas, dia memiliki strategi untuk senantiasa menjaga keamanan buah hati. "Pastinya mengurangi mobilisasi dan pastinya memilih-milih tempat atau daerah mana yang bisa dikunjungi anak-anak. Apalagi jika anak yang kita bawa di bawah umur 12 tahun yang notabene belum mendapatkan vaksin," ujar Deden kepada Kontan.co.id, Jumat (1/10). Dia selalu memilih tempat atau area
outdoor menjadi solusi terbaik dan melakukan proteksi dini dengan menggunakan masker ketika ke luar rumah. Tak hanya itu, Deden meminimalisir untuk makan di area tertutup serta menggunakan hand sanitizer atau pembersih alat makan sebelum digunakan dan menjaga jarak, juga patut dilakukan oleh orang tua.
Baca Juga: 2 Strategi yang bisa mencegah munculnya klaster PTM terbatas Ibu dari dua anak berusia dua tahun dan 11 tahun ini menambahkan sistem PTM terbatas juga perlu dilihat secara detail dari berbagai sisi. Misalnya, dia memperhatikan kapasitas anak di dalam kelas dan berapa lama waktu pembelajaran. "Jangan sampai waktu pembelajaran anak di sekolah lama dan akhirnya ada waktu istirahat yang memungkinkan anak untuk membuka masker dan makan bersama temannya atau malah bertukar masker karena masker anak-anak bermotif lucu," ujar dia. Deden menambahkan, anak yang sudah bisa diberi tanggung jawab atau usianya sudah dewasa mungkin bisa patuh untuk senantiasa memakai masker dan tidak bertukar masker. Namun untuk anak di bawah 12 tahun benar-benar perlu pengawasan yang sangat ketat sehingga meminimalisir pembentukan kluster baru di sekolah. "Dengan demikian, kerjasama antara pihak sekolah dalam hal ini guru dan orang tua lainnya juga sangat dibutuhkan," pungkas Deden.
Baca Juga: Cakupan vaksinasi Covid-19 nasional terkini sudah mendekati populasi Vietnam Pemerintah memberikan update vaksinasi Covid-19. Per Minggu (3/10), penambahan vaksinasi mencapai 1.073.438 dosis, terdiri dari vaksinasi pertama dan vaksinasi kedua. Menurut data Satgas Covid-19, angka vaksinasi pertama di Indonesia bertambah 713.952. Dengan penambahan itu, total jumlah vaksinasi pertama sudah mencapai 93.780.446.
Adapun penambahan data vaksinasi kedua sebanyak 359.486. Berarti total jumlah vaksinasi kedua di Indonesia mencapai 52.676.052. Jika dibandingkan dengan total sasaran Covid-19 tersebut berarti hingga Minggu (3/10), vaksinasi dosis pertama mencapai 45,03%. Adapun tingkat vaksinasi dosis kedua di Indonesia baru mencapai 25,29%.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati