JAKARTA. Tampaknya Pemerintah Indonesia serius akan melakukan importasi bibit tebu dari Kolombia. Namun, keinginan itu sedikit mengalami kendala karena kerjasama ini belum ada payung hukum yang menaunginya. Sebab itu, dalam waktu dekat ini Kementerian Pertanian (Kementan) akan segera menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) yang menjadi dasar hukum terjalinnya kerjasama antara Indonesia dengan Kolombia dalam bidang pertanian. Hal ini diperkuat adanya pertemuan antara Menteri Pertanian Indonesia dengan Duta Besar Kolombia untuk Indonesia, di Gedung A Kementan, Jakarta, pada Jumat lalu (9/3). “Indonesia dan Kolombia ada kecocokan dari produk komoditasnya karena sama-sama negara tropis. Nanti akan ada pertukaran riset, Kolombia minta sawit, sedangkan Indonesia di tebu. Tapi selama ini belum ada payung hukumnya, maka akan ada MoU nanti,” kata Suswono di Jakarta, akhir pekan lalu.Selain pertukaran riset, kerjasama ini termasuk penjajakan importasi bibit tebu dari Kolombia. Bibit tebu dari negara itu memiliki mutu rendeman tinggi sekira 12%, sedangkan rendeman bibit tebu Indonesia masih minim hanya sekitar 7%. Dengan kondisi sama-sama di daerah tropis, Suswono menuturkan bibit tebu asal Kolombia ini kemungkinan akan cocok dengan kondisi iklim, cuaca, dan tanah di Indonesia.Sejauh ini, tambah Suswono, pihaknya dengan Kolombia belum membicarakan mengenai volume importasi bibit tebu tersebut. Setelah adanya penandatanganan kerjasama antarnegara, baru akan memproses penjajakan importasi bibit tebu lebih mendalam. Namun, Suswono berharap di tahun ini realisasi pengiriman bibit tersebut dapat dilakukan. Pasalnya, jika tahun ini dapat ditanam, maka tahun depan langsung merasakan panennya.“Itu akan sangat mendongkrak (produktivitas). Bayangkan kalau seandainya bisa menghasilkan rendeman 10% saja, sekarang luas lahan tanam tebu sekitar 450 ribu hektare, jadi bisa memproduksi sekira 4,5 juta ton,” papar Suswono.Menurut dia, menaikkan rendeman tebu merupakan salah satu jalan paling memungkinkan dalam meningkatkan produksi tebu dalam negeri. Peningkatan produksi dari penambahan lahan tanam saat ini belum mendapat kepastian. Sebab itu, orientasi pemerintah adalah meningkatkan produktivitas dari perbaikan mutu rendeman daripada harus mengimpor gula kristal putih. Dengan perbaikan rendeman tebu, petani juga akan dilibatkan.Suswono mengakui saat ini Indonesia mengalami kekurangan bibit tebu. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya secara signifikan kegiatan bongkar ratoon atau pengolahan lahan bekas tebu untuk meningkatkan produksi gula. Bahkan, lanjut Suswono, seharusnya saat ini petani sudah melakukan bongkar ratun tetapi tidak.Jika nanti jadi importasi bibit tebu dari Kolombia, Suswono menuturkan, tidak menutup kemungkinan dilakukan melalui pihak swasta. Sebab, untuk program pemerintah sendiri sudah ada, yaitu memberikan bantuan bibit tebu ke rakyat.“Importasi bibit tebu ini pernah dilakukan juga sebelumnya. Tapi, kami juga akan mendorong agar Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dapat menghasilkan varietas unggul. Sebetulnya sudah banyak, kami perhatikan P3GI ini dukungan anggarannya kurang. Tahun depan kami harapkan mereka bisa lebih berperan dalam menghasilkan varietas-varietas unggul,” jelasnya.Suswono juga mengisahkan sebetulnya Kolombia pernah belajar dari Indonesia terkait bibit tebu. Sekitar tahun 1990-an, negara tersebut pernah ke P3GI untuk belajar meningkatkan produktivitas bibit tebu.Terkait MoU antardua negara, Suswono menjelaskan saat ini draftnya sudah berada di posisi Kolombia. Artinya, pihak Indonesia sudah menyerahkan draft ke Kolombia, sehingga menunggu tanggapan balik dari Kolombia. Setelah itu, lanjut Suswono, akan dibentuk walking group untuk tindaklanjut implementasi kerjasama tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah jajaki importasi bibit tebu Kolombia
JAKARTA. Tampaknya Pemerintah Indonesia serius akan melakukan importasi bibit tebu dari Kolombia. Namun, keinginan itu sedikit mengalami kendala karena kerjasama ini belum ada payung hukum yang menaunginya. Sebab itu, dalam waktu dekat ini Kementerian Pertanian (Kementan) akan segera menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) yang menjadi dasar hukum terjalinnya kerjasama antara Indonesia dengan Kolombia dalam bidang pertanian. Hal ini diperkuat adanya pertemuan antara Menteri Pertanian Indonesia dengan Duta Besar Kolombia untuk Indonesia, di Gedung A Kementan, Jakarta, pada Jumat lalu (9/3). “Indonesia dan Kolombia ada kecocokan dari produk komoditasnya karena sama-sama negara tropis. Nanti akan ada pertukaran riset, Kolombia minta sawit, sedangkan Indonesia di tebu. Tapi selama ini belum ada payung hukumnya, maka akan ada MoU nanti,” kata Suswono di Jakarta, akhir pekan lalu.Selain pertukaran riset, kerjasama ini termasuk penjajakan importasi bibit tebu dari Kolombia. Bibit tebu dari negara itu memiliki mutu rendeman tinggi sekira 12%, sedangkan rendeman bibit tebu Indonesia masih minim hanya sekitar 7%. Dengan kondisi sama-sama di daerah tropis, Suswono menuturkan bibit tebu asal Kolombia ini kemungkinan akan cocok dengan kondisi iklim, cuaca, dan tanah di Indonesia.Sejauh ini, tambah Suswono, pihaknya dengan Kolombia belum membicarakan mengenai volume importasi bibit tebu tersebut. Setelah adanya penandatanganan kerjasama antarnegara, baru akan memproses penjajakan importasi bibit tebu lebih mendalam. Namun, Suswono berharap di tahun ini realisasi pengiriman bibit tersebut dapat dilakukan. Pasalnya, jika tahun ini dapat ditanam, maka tahun depan langsung merasakan panennya.“Itu akan sangat mendongkrak (produktivitas). Bayangkan kalau seandainya bisa menghasilkan rendeman 10% saja, sekarang luas lahan tanam tebu sekitar 450 ribu hektare, jadi bisa memproduksi sekira 4,5 juta ton,” papar Suswono.Menurut dia, menaikkan rendeman tebu merupakan salah satu jalan paling memungkinkan dalam meningkatkan produksi tebu dalam negeri. Peningkatan produksi dari penambahan lahan tanam saat ini belum mendapat kepastian. Sebab itu, orientasi pemerintah adalah meningkatkan produktivitas dari perbaikan mutu rendeman daripada harus mengimpor gula kristal putih. Dengan perbaikan rendeman tebu, petani juga akan dilibatkan.Suswono mengakui saat ini Indonesia mengalami kekurangan bibit tebu. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya secara signifikan kegiatan bongkar ratoon atau pengolahan lahan bekas tebu untuk meningkatkan produksi gula. Bahkan, lanjut Suswono, seharusnya saat ini petani sudah melakukan bongkar ratun tetapi tidak.Jika nanti jadi importasi bibit tebu dari Kolombia, Suswono menuturkan, tidak menutup kemungkinan dilakukan melalui pihak swasta. Sebab, untuk program pemerintah sendiri sudah ada, yaitu memberikan bantuan bibit tebu ke rakyat.“Importasi bibit tebu ini pernah dilakukan juga sebelumnya. Tapi, kami juga akan mendorong agar Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dapat menghasilkan varietas unggul. Sebetulnya sudah banyak, kami perhatikan P3GI ini dukungan anggarannya kurang. Tahun depan kami harapkan mereka bisa lebih berperan dalam menghasilkan varietas-varietas unggul,” jelasnya.Suswono juga mengisahkan sebetulnya Kolombia pernah belajar dari Indonesia terkait bibit tebu. Sekitar tahun 1990-an, negara tersebut pernah ke P3GI untuk belajar meningkatkan produktivitas bibit tebu.Terkait MoU antardua negara, Suswono menjelaskan saat ini draftnya sudah berada di posisi Kolombia. Artinya, pihak Indonesia sudah menyerahkan draft ke Kolombia, sehingga menunggu tanggapan balik dari Kolombia. Setelah itu, lanjut Suswono, akan dibentuk walking group untuk tindaklanjut implementasi kerjasama tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News