KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang memperkirakan inflasi bisa mencapai 1,5% pada tahun fiskal yang dimulai pada April 2019. Proyeksi Kantor Kabinet ini, yang akan diserahkan kepada Dewan Ekonomi dan Kebijakan Fiskal, panel ekonomi utama pemerintah menunjukkan ekonomi kemungkinan tumbuh 1,5% dalam suku riil yang disesuaikan harga tahun fiskal 2019. Mengutip Reuters, Jumat (6/7), proyeksi pertumbuhan dan inflasi pemerintah lebih bullish daripada perkiraan sektor swasta. Pasalnya, banyak ekonom yang memperkirakan ekonomi tumbuh hanya 0,8% pada tahun fiskal 2019, sebagian karena dampak dari kenaikan pajak penjualan yang direncanakan, serta memperkirakan inflasi inti naik 1,0%. "Proyeksi pemerintah tampaknya meremehkan ketidakpastian atas ekonomi global dan kekurangan tenaga kerja dalam negeri. Perang perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya dapat membebani pertumbuhan global, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan ke bawah pada ekonomi yang dipimpin ekspor Jepang," kata Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom SMBC Nikko Securities, dilansir dari Reuters, Jumat (6/7).
Pemerintah Jepang optimistis inflasi bisa di level 1,5% pada 2019
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah Jepang memperkirakan inflasi bisa mencapai 1,5% pada tahun fiskal yang dimulai pada April 2019. Proyeksi Kantor Kabinet ini, yang akan diserahkan kepada Dewan Ekonomi dan Kebijakan Fiskal, panel ekonomi utama pemerintah menunjukkan ekonomi kemungkinan tumbuh 1,5% dalam suku riil yang disesuaikan harga tahun fiskal 2019. Mengutip Reuters, Jumat (6/7), proyeksi pertumbuhan dan inflasi pemerintah lebih bullish daripada perkiraan sektor swasta. Pasalnya, banyak ekonom yang memperkirakan ekonomi tumbuh hanya 0,8% pada tahun fiskal 2019, sebagian karena dampak dari kenaikan pajak penjualan yang direncanakan, serta memperkirakan inflasi inti naik 1,0%. "Proyeksi pemerintah tampaknya meremehkan ketidakpastian atas ekonomi global dan kekurangan tenaga kerja dalam negeri. Perang perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya dapat membebani pertumbuhan global, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan ke bawah pada ekonomi yang dipimpin ekspor Jepang," kata Yoshimasa Maruyama, kepala ekonom SMBC Nikko Securities, dilansir dari Reuters, Jumat (6/7).