Pemerintah kaji proyek tol dalam kota Surabaya



JAKARTA. Pemerintah melakukan kajian perlu atau tidaknya membangun jalan tol dalam kota Surabaya, Jawa Timur. Tol tersebut awalnya direncanakan dibangun untuk mengurangi kemacetan dan sebagai penghubung daerah Gerbangkertosusila menuju Surabaya.

Pemerintah memastikan, hasil evaluasi proyek tol dalam kota Surabaya tersebut akan keluar sekitar satu hingga dua minggu mendatang.

“Jadi, (jalan tol dalam kota Surabaya) dimaksudkan untuk mempermudah akses dari kota diluar Surabaya menuju kota atau ke pelabuhan Tanjung Perak,” kata Dadang Rukmana, Direktur Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, dikantornya, Selasa (29/4).


Kementerian PU beberapa kali melakukan pertemuan dengan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya. Hasil akhir dari pertemuan yang dilakukan adalah pemerintah mengkaji perlu tidaknya tol tersebut dibangun.

“Kita kan tidak hanya melihat untuk saat ini, tapi juga untuk 20 tahun kedepan,” ujar Dadang.

Dadang menambahkan, kapasitas jalan di Surabaya akan dilihat apakah dalam 20 tahun mendatang masih bisa menampung volume kendaraan yang akan hilir mudik disitu.

“Nanti akan kita lihat, kalau ternyata dibutuhkan, ya akan dibuat rencana tata ruang nasional dengan isi yang berbeda,” ungkap Dadang.

Wali Kota Surabaya sebelumnya menolak adanya pembangunan jalan tol tengah kota. Alasannya, solusi untuk mengatasi macet bukanlah dengan membangun jalan tol, tapi dengan transportasi massal.

Surabaya telah memiliki pengembangan ringroad Barat dan Timur, sehingga tak dibutuhkan lagi tol tengah kota. Tepatnya di daerah MERR dan frontage di depannya, juga jalan dari Surabaya-Gempol.

“Bu Risma bilang ada jalan lingkar barat dan timur yang sudah dibangun. Saat ini prosesnya tinggal sedikit lagi,” imbuh  Dadang.

Proses yang dimaksud adalah pembebasan tanah yang kurang 2 kilometer lagi. Saat ini, jalan bebas hambatan tersebut telah digunakan oleh masyarakat Surabaya. Hanya di beberapa bagian jalan agak menyempit karena terkendala pembebasan lahan tersebut.

Sedangkan untuk tengah kota, Risma lebih memilih mengembangkan transportasi massal. Ada term dan monorail yang akan digunakan.

Di jalur utara-selatan menggunakan term, sedangkan barat-timur dengan monorail. “Soal term dan monorail ini kan masih diusulkan jadi masih sangat lama,” ucap Dadang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan