Pemerintah kaji terbitkan lagi SBN ritel online tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel online melalui Saving Bond Ritel seri SBR003 terbilang berhasil. Dari target indikatif Rp 1 triliun, pemerintah berhasil meraup Rp 1,928 triliun.

Target menyasar investor baru juga dinilai pemerintah berhasil. Sebab, rata-rata volume pemesanan per investor mencapai Rp 252,3 juta, turun dari penerbitan SBR002 yang sebesar Rp 328,5 juta.

Dilihat dari volume pemesanan, nominal pemesanan investor pada jumlah lebih dari Rp 1 miliar dan Rp 100 juta-Rp 500 juta mendominasi penjualan SBR003. Sementara nominal pemesanan di bawah Rp 100 juta, masih sangat kecil, yaitu hanya Rp 7,94%.


Namun, jika dilihat dari jumlah investor, pemesanan dengan nominal kurang dari Rp 100 juta telah dilakukan oleh 61,89% investor.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Luky Alfirman mengatakan, pemerintah membuka opsi penerbitan kembali SBR di tahun ini. Meski begitu, pemerintah tengah melakukan evaluasi penerbitan SBR003, mengingat pemerintah baru kali pertama menerbitkan SBN ritel online yang tidak bisa diperdagangkan di pasat sekunder (non-tradeable).

Pemerintah lanjut Luky, terus berkomunikasi dengan sejumlah mitra distribusi (midis) obligasi negara. "Kalau mereka bilang potensinya besar, tidak tertutup kemungkinan kami menerbitkan SBR004 di tahun berjalan. Itu bisa saja," kata Luky, Senin (28/5). Tak hanya itu, pihaknya juga membuka opsi penerbitan ORI secara online.

Peneliti Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, potensi penjualan SBR cukup besar, terutama yang menyasar kaum milenial perkotaan. Alasannya, pertama, bunga SBR cukup menarik dengan kupon minimal mengambang.

Sebab, "Tren bunga acuan yang diprediksi akan terus meningkat hingga tahun depan. Imbal hasil SBR003 cukup tinggi bagi investor dibandingkan instrumen sejenis misalnya deposito," kata Bhima.

Kedua, adanya fasilitas early redemption untuk menerima sebagian pelunasan pokok sebelum jatuh tempo sehingga bentuknya menjadi mirip tabungan. Fleksibilitas tersebut akan menarik minat masyarakat.

Ketiga, cara pemasaran menggunakan finansial teknologi (tekfin) efektif untuk meningkatkan penetrasi ke kelas menengah di perkotaan terutama usia muda (milenial). Selain prosesnya mudah, biasanya juga murah.

"Kemkeu perlu memperluas kerjasama dengan perusahaan tekfin lainnya, tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia