Pemerintah Kanada Dukung Rencana Bailout Industri Otomotif AS



TORONTO. Menteri Perindustrian Kanada Tony Clement mengatakan industri perhutanan dan pertambangan saat ini tengah dipertimbangkan untuk mendapatkan suntikan dana dalam penyusunan anggaran belanja Pemerintah Kanada bulan depan. Hal ini dilakukan seiring dengan adanya upaya Pemerintah AS untuk tetap membantu industri otomotif AS.

“Kami sudah memiliki data industri yang memang tengah mengalami permasalahan. Sektor industri, sektor pertambangan dan lainnya saat ini sudah menjadi agenda pada pembahasan anggaran yang akan dirilis 27 Januari mendatang,” ujar Clement.

Clement juga bilang, sokongan finansial untuk General Motor Corp, Chrysler LLC dan Ford Motor Co akan tetap menjadi prioritas teratas. Sekadar informasi saja, pada 13 Desember lalu, sang menteri memang mengumumkan, Pemerintahan Kanada dan provinsi Ontario akan menyediakan bantuan dana bagi tiga perusahaan besar itu jika Pemerintah AS setuju memberikan bailout.


“Saya sangat optimistis pemerintah AS akan menyediakan paket penyelamatan. Pemerintahan Bush sudah sangat jelas memberikan sinyal bahwa mereka pikir penyelamatan ini untuk menyelamatkan keseluruhan industri,” jelas Clement.

Dia juga memprediksi, dalam beberapa hari ke depan, Pemerintah AS akan segera melakukan tindakan untuk mengatasi masalah ini. Minggu lalu, Clement menjelaskan, besaran kontribusi Kanada terhadap bailout otomotif akan disesuaikan dengan proporsi dari kepemilikan saham yang dimiliki Kanada di Amerika Utara sebesar 20%. Jika Pemerintah AS menyuntikkan bailout sebesar US$ 14 miliar, maka dana yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah Kanada setara dengan US$ 2,8 miliar.

Sementara itu, Menteri Keuangan Jim Flaherty saat ini juga sedang melakukan konsultasi dengan seluruh pemimpin Kanada lainnya untuk memutuskan bantuan apa saja yang diperlukan untuk anggaran belanja bulan depan. Dia juga menyebutkan, sektor perhutanan, pertambangan dan industri retail merupakan sektor-sektor yang paling telak mengalami pukulan akibat terjadinya krisis ekonomi.

Editor: Didi Rhoseno Ardi