KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor pangan bertubi membuat petani menjadi relatif lesu. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir berharap pemerintah harus lebih aktif mendorong kegiatan pertanian dan meningkatkan produktivitas pada petani. Winarno menjelaskan, dari sekian banyak penugasan impor yang diberikan pemerintah, terdapat sejumlah pangan yang bisa dimaafkan, salah satunya adalah impor adalah daging. Pasalnya, kejadian gizi buruk yang mengakibatkan stunting di Indonesia masih banyak dan hal tersebut dikarenakan kurangnya protein dalam pangan sehari-hari. Apalagi dengan aturan kuota impor sapi bakalan dan sapi indukan 1:5 menyebabkan produktivitas peternak naik. Kemudian komoditas kedua yang masih patut impor adalah bawang putih. Apalagi aturan impor komoditas ini juga didampingi regulasi Wajib Tanam 5% dari kuota Rekomendasi Impor Produk Hortikulutra (RPIH) Kementerian Pertanian.
Pemerintah kebanyakan impor pangan, petani merasa tertekan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor pangan bertubi membuat petani menjadi relatif lesu. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir berharap pemerintah harus lebih aktif mendorong kegiatan pertanian dan meningkatkan produktivitas pada petani. Winarno menjelaskan, dari sekian banyak penugasan impor yang diberikan pemerintah, terdapat sejumlah pangan yang bisa dimaafkan, salah satunya adalah impor adalah daging. Pasalnya, kejadian gizi buruk yang mengakibatkan stunting di Indonesia masih banyak dan hal tersebut dikarenakan kurangnya protein dalam pangan sehari-hari. Apalagi dengan aturan kuota impor sapi bakalan dan sapi indukan 1:5 menyebabkan produktivitas peternak naik. Kemudian komoditas kedua yang masih patut impor adalah bawang putih. Apalagi aturan impor komoditas ini juga didampingi regulasi Wajib Tanam 5% dari kuota Rekomendasi Impor Produk Hortikulutra (RPIH) Kementerian Pertanian.