Pemerintah kebanyakan impor pangan, petani merasa tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor pangan bertubi membuat petani menjadi relatif lesu. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir berharap pemerintah harus lebih aktif mendorong kegiatan pertanian dan meningkatkan produktivitas pada petani.

Winarno menjelaskan, dari sekian banyak penugasan impor yang diberikan pemerintah, terdapat sejumlah pangan yang bisa dimaafkan, salah satunya adalah impor adalah daging. Pasalnya, kejadian gizi buruk yang mengakibatkan stunting di Indonesia masih banyak dan hal tersebut dikarenakan kurangnya protein dalam pangan sehari-hari. Apalagi dengan aturan kuota impor sapi bakalan dan sapi indukan 1:5 menyebabkan produktivitas peternak naik.

Kemudian komoditas kedua yang masih patut impor adalah bawang putih. Apalagi aturan impor komoditas ini juga didampingi regulasi Wajib Tanam 5% dari kuota Rekomendasi Impor Produk Hortikulutra (RPIH) Kementerian Pertanian.


"Kalau gula juga dibegitukan seperti bawang, yaitu importir juga harus membina petani dalam negeri, maka produktivitas baru bisa meningkat dan petani kita akan semangat lagi," kata Winarno, kepada Kontan.co.id, Minggu (22/7).

Ia melanjutkan, pemerintah juga sebaiknya mulai membina dan berusaha mendekatkan diri dengan petani tebu yang kian lesu.

Tak hanya pada petani tebu, Winarno menyampaikan minat petani di sektor beras juga lesu. Hal tersebut menurutnya terlihat dari lambannya kenaikan luas lahan tanam, panen yang relatif stabil, dan pemeliharaan lahan yang mulai menurun. Hal ini menurutnya lantaran tidak ada rangsangan harga tinggi yang bisa membuat petani semangat.

"Harusnya produktivitas kita ditingkatkan dan kita tidak dibunuh begitu saja. Ini seakan pemerintah dan pengusaha tidak mau repot dan impor saja," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia