KONTAN.CO.ID - Sekitar satu miliar orang diperkirakan meninggal akibat tuberkulosis dalam dua ratus tahun terakhir. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Profesor Dante Saksono Harbuwono, angka tersebut lebih besar daripada seluruh pandemi yang pernah ada. “Bayangkan satu milyar orang meninggal karena TB. Ini lebih banyak dari seluruh pandemi yang pernah ada di seluruh dunia. Sehingga, saya sering menyebut TB ini sebagai silence pandemic,” ujar Wamenkes Prof. Dante pada Pertemuan Tingkat Tinggi DPR RI untuk Eliminasi TB dan Pembentukan Kaukus TB DPR RI yang berlangsung di Gedung Nusantara, DPR RI Jakarta (19/8). Tingginya kasus tuberkulosis di Indonesia menjadi latar belakang pembentukan Kaukus Tuberkulosis. Forum ini merupakan pertemuan antara DPR RI dan pemerintah untuk merencanakan strategi, kebijakan, atau program terkait tuberkulosis.
Berdasarkan data Global Tuberculosis Report tahun 2023, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di dunia, setelah India, untuk negara dengan estimasi kasus dan kematian akibat tuberkulosis. Indonesia menyumbang sekitar 10% penderita tuberkulosis di seluruh dunia, dengan angka penderita sekitar 1.060.000 dari 10.600.000 kasus tuberkulosis di seluruh dunia pada 2022. Untuk menurunkan angka tersebut, Wamenkes Prof. Dante menegaskan pentingnya komitmen bersama dalam kasus tuberkulosis di Indonesia. Komitmen pemerintah terkait kasus tuberkulosis telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Wamenkes Prof. Dante juga menegaskan, komitmen program penanggulangan tuberkulosis juga tercantum dalam target RPJMN 2025-2029, yang menjadi wadah akuntabilitas upaya penanggulangan tuberkulosis di Indonesia. “Dalam tujuan RPJMN tersebut, Kementerian Kesehatan membentuk strategi nasional penanggulangan TB yakni dari upaya promotif, diagnosis, surveilan, dan pengobatan serta pencegahan tuberkulosis,” ujar Wamenkes Prof. Dante. Menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melkiades Laka Lena, pembentukan Kaukus TB DPR RI merupakan bentuk dukungan DPR RI terhadap upaya eliminasi TB di Indonesia pada 2030 mendatang. “Acara ini merupakan rangkaian penting dalam upaya kita mendukung eliminasi TB di Indonesia pada tahun 2030. Sebuah tujuan ambisius yang membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak,” ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melkiades Laka Lena. Kegiatan Kaukus TB ini juga melibatkan Kementerian Dalam Negeri sebagai penyelenggara tenaga administrasi perangkat daerah, baik di tingkat provinsi, kota, maupun kabupaten. Dengan keterlibatan Kemendagri, diharapkan sosialisasi eliminasi tuberkulosis yang tertuang dalam RPJMN 2025-2029 mendapatkan dukungan koordinasi dan kontribusi seluruh perangkat daerah. “Dengan adanya kaukus ini diselenggarakan, kita semua dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi lokal, mempercepat eliminasi TB di tingkat nasional, dan memastikan setiap daerah berkontribusi dalam upaya eliminasi TB setanah air,” kata Melki menambahkan. Wamenkes Prof. Dante berharap Kaukus TB dapat menjadi wadah yang efektif untuk memastikan keberlanjutan komitmen program tuberkulosis sebagaimana tertuang dalam RPJMN dan meningkatkan akuntabilitas dalam upaya penanggulangan tuberkulosis di Indonesia. Wamenkes Prof. Dante juga percaya bahwa Kaukus TB yang diinisiasi oleh Komisi IX DPR RI dapat membantu untuk mensinergikan upaya lintas sektor dalam penanggulangan kasus tuberkulosis. “Jadi nanti di tahun 2030, diharapkan tidak ada lagi tuberkulosis di Indonesia,” tambah Wamenkes Prof. Dante. Pembentukan Kaukus Tuberkulosis oleh Komisi IX DPR RI mendapatkan apresiasi dari Wakil Ketua DPR RI Rahmat Gobel. Menurut Rahmat Gobel, diperlukan sosialisasi yang cukup besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis. “Harus kita gaungkan. Mungkin yang perlu disampaikan adalah untuk membangun kesadaran masyarakat perlu kerja sama dengan media, disosialisasikan dampak dan dari mana sumber penyakit itu sendiri. Ini yang saya kira perlu ada sosialisasi yang disebarkan oleh kawan-kawan semuanya,” kata Wakil Ketua DPR Rahmat Gobel.
Mengulik sejarah tuberkulosis, Wamenkes Prof. Dante menjelaskan, meskipun bakteri penyebab tuberkulosis baru ditemukan pada 1882 oleh Robert Koch, penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sejak zaman firaun. “Tuberkulosis ini merupakan penyakit kuno dan sudah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu ketika zaman firaun,” ujar Wamenkes Prof. Dante.
Baca Juga: Mengenal Penyakit TBC, Penyebab, Gejala, dan Langkah Pencegahan TBC Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti