Pemerintah Klaim Hilirisasi Nikel Serap Ribuan Tenaga Kerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyebut bahwa kebijakan pemerintah terkait hilirisasi nikel mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan, mayoritas investasi hilirisasi nikel ini dilakukan di wilayah Sulawesi dan Halmahera yang sebelumnya memiliki gap aktivitas ekonomi yang besar dengan pulau Jawa.

Nah, dengan adanya investasi tersebut, maka terjadi penciptaan lapangan kerja, bahkan dengan upah yang lebih besar dari upah minimum regional (UMR) DKI Jakarta.


"Dengan adanya investasi ini, terjadi penciptaan tenaga kerja dan aktivitas ekonomi yang besar, yang tidak akan terjadi tanpa adanya hilirisasi nikel ini," ujar Seto dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Minggu (13/8).

Baca Juga: Kemenperin Beberkan Dampak Positif Program Hilirisasi Nikel pada Ekonomi Nasional

Ia mencontohkan, untuk PT Indonesia Marowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah, saat ini memiliki jumlah pekerja mencapai 74,7 ribu orang. Sementara di PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Maluku Utara memiliki jumlah pekerja mencapai 56 ribu orang.

"Hal ini belum memperhitungkan kawasan industri lain seperti VDNI, Gunbuster dan Pulau Obi," katanya.

Selain itu, dampak penciptaan lapangan pekerjaan dan hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah dan Halmahera juga berdampak positif terhadap penurunan angka kesenjangan pendapatan (koefisien gini). Misalnya, angka koefisien gini di Sulawesi Tengah dan Halmahera turun dari 37,2% dan 32,5% pada tahun 2014 menjadi 30,8% dan 27,9% pada tahun 2022.

Ia menambahkan, untuk IWIP dan IMIP, jumlah tenaga kerja lokal rata-rata mencapai 85%-90% dari total tenaga kerja. Bahkan gaji yang mereka dapatkan juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan UMR DKI Jakarta.

"Rata-rata gaji di IWIP bisa mencapai Rp juta sebulan, bahkan lebih tinggi dari UMR Jakarta," terang Seto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari