Pemerintah klaim sudah banyak berupaya meningkatkan harga sawit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak kelapa sawit memberikan dampak yang sangat besar kepada ekonomi Indonesia. Terlebih, ekspor kelapa sawit pun memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total penerimaan ekspor non-mingas dalam tiga tahun terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, ekspor minyak kelapa sawit di 2017 sebesar Rp 307 triliun atau meningkat 25,73% dibandingkan ekspor 2016.

Sayangnya, industri minyak kelapa sawit tengah mengalami banyak kendala. Bahkan, saat ini harga crude palm oil (CPO) menurun signifikan. Harga minyak sawit di akhir Oktober sudah mencapai US$ 485 per ton, dimana pada awal tahun 2018, harga CPO sebesar US$ 636 per ton.


Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, apapun tindakan Indonesia pasti akan berdampak pada harga CPO global. Karena itu, pemerintah pun sudah melakukan upaya untuk menjaga daya saing minyak sawit Indonesia.

"Pertama, kebijakan yang diambil fokus pada suplai minyak sawit. Kebijakan ini mulai dari moratorium kelapa sawit, Penyelesain Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan (PPTKH), one map policy, penguatan ISPO, juga penyesuaian pungutan ekspor," tutur Darmin dalam Indonesian Palm Oil Conference and 2019 Price Outlook, Kamis (1/11).

Tahun ini, pemerintah telah menerbitkan aturan moratorium sawit, di mana perusahaan sawit tak diizinkan menambah lahan baru dalam tiga tahun ke depan. Dengan begitu, pelaku usaha hanya bisa meningkatkan produktivitas minyak sawit dari kebun yang sudah ada.

Darmin mengatakan, pemerintah pun berupaya meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit dengan memberikan dana dan pendampingan dalam bentuk peremajaan kelapa sawit. Ini pun bertujuan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Darmin berharap, seluruh pelaku usaha, khususnya perusahaan besar turut berkontribusi untuk percepatan perkebunan petani.

Sementara, kebijakan lainnya adalah fokus pada permintaan minyak sawit. "Ini meliputi perluasan B20, dan berbagai kebijakan untuk produk hilir di dalam negeri," tutur Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia