JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI lewat tim bersama yang dibentuk akan berupaya untuk bekerja maksimal melakukan kajian dalam pembangunan proyek Multi Purpose Deep Tunnel (MPDT)."Tim akan bekerja untuk melihat efektivitas dampak banjir di Jakarta lewat proyek ini. Pasalnya di Malaysia proyek ini kurang optimal sedangkan di Jepang sangat efektif," ujar Muhammad Hasan, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Rabu (9/1).Hasan menguraikan, jika Jepang yang akan menjadi percontohan, maka pihaknya juga harus mengkaji masalah banjir yang terjadi di masing-masing wilayah. Ia bilang, meskipun di Jepang banjir, air yang tergenang jernih. Sementara di Indonesia umumnya keruh dan disertai sampah serta lumpur.Ia bilang deep tunnel ini cukup baik untuk mengatasi banjir karena mampu mengalirkan air yang ada dipermukaan dan menariknya ke dalam."Jika jadi dibangun, dampaknya secara ekonomi cukup bagus karena bisa mengurangi kerugian banjir yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah per tahun," tandasnya.Selain itu, pihaknya juga akan bekerja keras dan mendesain sedemikian rupa agar investor swasta bisa masuk dalam proyek ini. "Selain menampung air, nantinya juga bisa menjadi ruas jalan tol. Nah, disitulah investor bisa menanamkan uangnya," lanjut Hassan.Jika sebelumnya, Gubernur DKI, Joko Widodo pernah menyebut bahwa butuh dana Rp 16 triliun untuk membangun Deep Tunnel, tapi Hasan punya angka lain. Ia memperkirakan pembangunan deep tunnel bisa menghabiskan anggaran Rp 22 triliun atau perkiraan sekitar Rp 1 triliun per kilometer (km) mengingat proyek ini direncanakan akan dibangun dari Cawang-Pluit sepanjang 19 km. Memang, angka itu masih harus dikaji lagi.Untuk teknologi yang akan digunakan, Hasan mengklaim akan memilih teknologi mana yang paling bagus dari negara yang telah menerapkan Deep Tunnel ini seperti Jepang, Rusia, dan mungkin juga Malaysia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah lebih condong tiru deep tunnel Jepang
JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI lewat tim bersama yang dibentuk akan berupaya untuk bekerja maksimal melakukan kajian dalam pembangunan proyek Multi Purpose Deep Tunnel (MPDT)."Tim akan bekerja untuk melihat efektivitas dampak banjir di Jakarta lewat proyek ini. Pasalnya di Malaysia proyek ini kurang optimal sedangkan di Jepang sangat efektif," ujar Muhammad Hasan, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Rabu (9/1).Hasan menguraikan, jika Jepang yang akan menjadi percontohan, maka pihaknya juga harus mengkaji masalah banjir yang terjadi di masing-masing wilayah. Ia bilang, meskipun di Jepang banjir, air yang tergenang jernih. Sementara di Indonesia umumnya keruh dan disertai sampah serta lumpur.Ia bilang deep tunnel ini cukup baik untuk mengatasi banjir karena mampu mengalirkan air yang ada dipermukaan dan menariknya ke dalam."Jika jadi dibangun, dampaknya secara ekonomi cukup bagus karena bisa mengurangi kerugian banjir yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah per tahun," tandasnya.Selain itu, pihaknya juga akan bekerja keras dan mendesain sedemikian rupa agar investor swasta bisa masuk dalam proyek ini. "Selain menampung air, nantinya juga bisa menjadi ruas jalan tol. Nah, disitulah investor bisa menanamkan uangnya," lanjut Hassan.Jika sebelumnya, Gubernur DKI, Joko Widodo pernah menyebut bahwa butuh dana Rp 16 triliun untuk membangun Deep Tunnel, tapi Hasan punya angka lain. Ia memperkirakan pembangunan deep tunnel bisa menghabiskan anggaran Rp 22 triliun atau perkiraan sekitar Rp 1 triliun per kilometer (km) mengingat proyek ini direncanakan akan dibangun dari Cawang-Pluit sepanjang 19 km. Memang, angka itu masih harus dikaji lagi.Untuk teknologi yang akan digunakan, Hasan mengklaim akan memilih teknologi mana yang paling bagus dari negara yang telah menerapkan Deep Tunnel ini seperti Jepang, Rusia, dan mungkin juga Malaysia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News