KONTAN.CO.ID - BENGHAZI. Otoritas Pemerintah di Libya Timur pada hari Senin (26/8) mengumumkan bahwa semua ladang minyak akan ditutup dan produksi serta ekspor akan dihentikan. Namun, tidak ada pernyataan dari pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli mengenai hal ini. Perusahaan Minyak Nasional (NOC), yang mengendalikan sumber daya minyak negara tersebut, juga belum memberikan konfirmasi resmi.
Namun, anak perusahaan NOC, Waha Oil Company, mengumumkan rencana untuk secara bertahap mengurangi produksi dan memperingatkan kemungkinan penghentian total produksi akibat "protes dan tekanan."
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik 2% Senin (26/8), Brent ke US$80,66 dan WTI ke US$76,38 Waha, yang mengoperasikan usaha patungan dengan TotalEnergies dan ConocoPhillips, memiliki kapasitas produksi sekitar 300.000 barel per hari (bpd) yang diekspor melalui pelabuhan timur Es Sider. Perusahaan ini mengelola lima ladang utama di tenggara, termasuk Waha yang memproduksi lebih dari 100.000 bpd, serta Gallo, Al-Fargh, Al-Samah, dan Al-Dhahra. Sebagian besar ladang minyak Libya berada di Timur, yang berada di bawah kendali Khalifa Haftar, pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA). Namun, pemerintah di Benghazi tidak menjelaskan berapa lama ladang minyak tersebut akan ditutup. Dua insinyur di Messla dan Abu Attifel mengatakan kepada
Reuters bahwa produksi masih berlangsung dan belum ada perintah untuk menghentikan produksi.
Baca Juga: Potensi Gencatan Senjata Timur Tengah & Membaiknya Pasokan Libya Menekan Harga Minyak Perebutan Kekuasaan Faksi-faksi di Libya sedang terlibat dalam perebutan kekuasaan untuk mengendalikan bank sentral dan pendapatan minyak negara. Ketegangan terbaru muncul setelah upaya faksi politik untuk menggulingkan kepala Bank Sentral Libya (CBL), Sadiq al-Kabir, dengan faksi bersenjata yang bersaing memobilisasi kekuatan di masing-masing pihak. Sebagai produsen minyak utama, Libya mengalami sedikit stabilitas sejak pemberontakan yang didukung NATO pada tahun 2011. Negara ini terpecah pada tahun 2014 dengan faksi timur dan barat yang akhirnya melibatkan dukungan dari Rusia dan Turki.
Baca Juga: Oil Up 2% on Libya Shutdowns, Mideast Escalation Fears NOC sebelumnya telah menyatakan
force majeure di salah satu ladang minyak terbesar di negara itu, Sharara, yang terletak di barat daya Libya dengan kapasitas 300.000 bpd, akibat protes. Sebelum penutupan Sharara, produksi minyak Libya mencapai sekitar 1,2 juta bpd. J ika produksi di wilayah timur dihentikan, ladang minyak El Feel di barat daya Libya akan menjadi satu-satunya ladang minyak yang beroperasi, dengan kapasitas 130.000 bpd.
Editor: Yudho Winarto