Pemerintah Majukan Masa Penawaran Sukuk Ritel



JAKARTA. Meski pasar sukuk dunia mengalami penurunan belakangan ini, tampaknya pemerintah tidak gentar untuk tetap mengeluarkan sukuk ritel sesuai jadwal. Bahkan, masa penawaran sukuk ritel yang pertama kali terbit ini dimajukan.

"Masa penawaran sukuk ritel ini dimajukan mulai tanggal 2 Februari hingga 20 Februari," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto kemarin (21/1). Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang merencanakan masa penawaran ini dari tanggal 5 Februari hingga 24 Februari.

Meski tanggal penawaran maju, penerbitan sukuk ritel ini tetap tanggal 25 Februari 2009 nanti. Selain itu, tanggal penentuan kupon juga diperkirakan akan maju pada tanggal 1 Februari 2009 nanti.


Data Bloomberg melaporkan, sudah dua tahun berturut-turut, penjualan sukuk mengalami penurunan setelah mencapai rekor US$ 30,8 miliar tahun 2007 lalu. Anjloknya penjualan sukuk tersebut bersamaan dengan rontoknya harga minyak karena permintaan yang juga turun. Tumbangnya perkreditan paling parah menimpa sukuk dibanding utang jenis lain ketika harga minyak turun hingga 54%. CIMB Group Bhd memperkirakan akan terjadi penurunan penjualan sukuk akan turun tahun ini menyusul penurunan 56% di tahun 2008 lalu.

Namun, pemerintah optimis sukuk ritel perdana ini akan laku di pasaran. Dari pre marketing yang dilakukan Ditjen Pengelolaan Utang bersama para agen penjual, minat investor ritel cukup besar. "Karena pasar kita kan pada umumnya investor individu dan tidak terlalu terpengaruh kesulitan likuiditas seperti lembaga-lembaga keuangan," kata Rahmat. Sementara turunnya pasar sukuk internasional itu karena pengaruh kesulitan likuiditas lembaga-lembaga keuangan.

Sementara itu, analis obligasi Trimegah Sekuritas Heru Helbianto mengatakan, sukuk ritel yang akan dijual pemerintah ini masih menarik karena pemerintah menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi dari bunga deposito. "Harusnya menarik, apalagi suku bunga turun," kata Heru.

Japan Bank for International Cooperation (JBIC) juga menahan penjualan sukuknya. Tahun 2007 lalu JBIC mengatakan akan menjual US$ 200 juta hingga US$ 300 juta sukuk di Malaysia. Namun hingga kini, belum ada sukuk yang mereka lepas. Juru Bicara JBIC Toru Aguin mengatakan, krisis kredit membuat penjualan ke investor lebih sulit.

Selain itu, Thailand juga belum menentukan tanggal penjualan sukuk di Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Saudi Arabia. Pemerintah Thailand mengatakan saat ini penjualan sukuk masih sulit meski ini menjadi salah satu prioritas pemerintah Thailand.

Mohamed Damak, analis kredit S&P Paris menyebut pada laporan tanggal 14 Januari kalau pasar sukuk masih belum akan pulih hingga semester dua 2009 atau awal 2010 setelah ambruknya pasar kredit di 2008. Pasar sukuk yang biasanya di negara timur tengah dan negara-negara Arab masih harus menunggu karena likuiditas di Timur Tengah sedang turun.

Apalagi saat ini Pemerintah Saudi Arabia yang 90% pendapatannya dari minyak memperkirakan akan mengalami defisit untuk pertama kali dalam tujuh tahun.

Nah, Philipp Lotter, Senior Vice President Moodys Investors Service di Dubai mengatakan, pasar global harus pulih dulu sebelum pasar sukuk bisa kembali normal seperti sedia kala.

Wahyu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie