JAKARTA. Wakil Menteri Keuangan Bambang P.Soemantri Brodjonegoro, menegaskan, pemerintah masih akan fokus pada skema Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk berbasis proyek dengan dedominasi rupiah. Itu artinya, Kementerian Keuangan (Kemkeu) belum akan beranjak pada global sukuk berbasis proyek. "Suatu hari nanti global sukuk, tapi mulai dulu dengan rupiah biar lebih aman," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (5/4).Menurut Bambang, kalau pemerintah langsung masuk ke global maka investor asing harus diyakinkan bahwa proyek-proyek yang dibawa akan jalan dan tidak ada hambatan. Padahal, diakuinya, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih menuai permasalahan. Maka dari itu, pemerintah cenderung untuk lebih memfokuskan diri pada investor dalam negeri. "Kita lebih bisa meyakinkan investor bahwa proyek ini tidak melenceng dari apa yang dijanjikan," tandasnya. Sebagai informasi, pemerintah baru berhasil menjalankan satu proyek berbasis sukuk pada tahun 2013 kemarin. Proyeknya adalah pembangunan jalur ganda lintas Cirebon-Kroya segmen pertama dengan nilai Rp 800 miliar.Untuk tahun ini, pemerintah membawa tiga proyek. Tiga proyek tersebut adalah pembangunan jalur ganda kereta api lintas Cirebon-Kroya segmen dua dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 745 miliar. Kedua, pembangunan jalur ganda kereta api lintas Manggarai-Bekasi dengan nilai pembiayaan Rp 626 miliar. Ketiga, proyek revitalisasi asrama haji di Medan, Padang, Balikpapan dan Jakarta dengan nilai Rp 200 miliar. Adapun sebelumnya Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Dahlan Siamat mengatakan akan menerbitkan global sukuk berdedominasi dolar Amerika Serikat (AS) dengan jaminan berbasis proyek pemerintah pada semester dua.
Pemerintah masih fokus pada domestik sukuk proyek
JAKARTA. Wakil Menteri Keuangan Bambang P.Soemantri Brodjonegoro, menegaskan, pemerintah masih akan fokus pada skema Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk berbasis proyek dengan dedominasi rupiah. Itu artinya, Kementerian Keuangan (Kemkeu) belum akan beranjak pada global sukuk berbasis proyek. "Suatu hari nanti global sukuk, tapi mulai dulu dengan rupiah biar lebih aman," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (5/4).Menurut Bambang, kalau pemerintah langsung masuk ke global maka investor asing harus diyakinkan bahwa proyek-proyek yang dibawa akan jalan dan tidak ada hambatan. Padahal, diakuinya, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih menuai permasalahan. Maka dari itu, pemerintah cenderung untuk lebih memfokuskan diri pada investor dalam negeri. "Kita lebih bisa meyakinkan investor bahwa proyek ini tidak melenceng dari apa yang dijanjikan," tandasnya. Sebagai informasi, pemerintah baru berhasil menjalankan satu proyek berbasis sukuk pada tahun 2013 kemarin. Proyeknya adalah pembangunan jalur ganda lintas Cirebon-Kroya segmen pertama dengan nilai Rp 800 miliar.Untuk tahun ini, pemerintah membawa tiga proyek. Tiga proyek tersebut adalah pembangunan jalur ganda kereta api lintas Cirebon-Kroya segmen dua dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 745 miliar. Kedua, pembangunan jalur ganda kereta api lintas Manggarai-Bekasi dengan nilai pembiayaan Rp 626 miliar. Ketiga, proyek revitalisasi asrama haji di Medan, Padang, Balikpapan dan Jakarta dengan nilai Rp 200 miliar. Adapun sebelumnya Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Dahlan Siamat mengatakan akan menerbitkan global sukuk berdedominasi dolar Amerika Serikat (AS) dengan jaminan berbasis proyek pemerintah pada semester dua.