KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menghentikan impor beras mulai tahun depan, sejalan dengan upaya mencapai swasembada pangan yang menjadi salah satu program utama Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah juga akan mengebut swasembada pangan yang sebelumnya ditargetkan pada tahun 2028, kini menjadi tahun 2027. Menanggapi sentimen tersebut,
VP Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia berpandangan target dari pemerintah untuk mencapai swasembada pangan khususnya beras masih akan menghadapi tantangan, khususnya sentimen anomali cuaca dan ketidakpastian pasokan.
Audi mengutip data Badan Pangan Nasional (Bapanas) bahwa konsumsi beras per kapita tahun 2023 tercatat sebesar 81,23 kg per kapita per tahun atau turun 0,15%
YoY dibandingkan 2022. Sementara total kebutuhan beras konsumsi rumah tangga pada 2023 meningkat 0,93%
yoy mencapai 22,64 juta ton per tahun, dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 tahun terakhir. "Artinya, pemerintah harus bisa mendongkrak produksi untuk menutupi impor, tercatat hingga Oktober 2024 pemerintah telah melakukan impor beras sebesar 2,9 juta ton yang berasal dari Vietnam, Kamboja, Myanmar, Pakistan dan Thailand," kata Audi kepada Kontan, Minggu (1/12). Baca Juga:
Melemah Dalam Sepekan, Gerak IHSG Tertekan Derasnya Capital Outflow Kendati begitu, Audi menilai seiring dengan fokus pemerintah untuk mengurangi dan tidak melakukan impor pada tahun-tahun mendatang, maka akan mendorong distribusi beras emiten PT Buyung Poetra Sembada Tbk (
HOKI) dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (
NASI). Tak hanya emiten beras, perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur pertanian benih dan pupuk seperti PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (
SAMF) dan PT BISI International Tbk (
BISI) juga akan terpapar positif dari sentimen tersebut. "Investor dapat mencermati perkembangan target dari swasembada oleh pemerintah ini dengan emiten distributor beras hingga produsen benih dan pupuk yang berpotensi berdampak positif, meski secara kinerja tetap harus diperhatikan berkala," ujarnya. Audi merekomendasikan untuk
speculative buy saham HOKI, NASI dan SAMF dengan target harga masing-masing Rp 140, Rp 102 dan Rp 805 per saham. Sementara itu, ia merekomendasikan untuk
buy on break saham BISI di harga Rp 1.130 dengan target harga Rp 1.260 per saham. Senada, Analis Samuel Sekuritas Belva Monica menyampaikan larangan impor beras dapat memperkuat sentimen positif terhadap saham-saham sektor pertanian, serta membuka peluang kinerja pasar yang lebih baik di masa mendatang. "Penurunan impor beras serta peningkatan produksi domestik diharapkan mendongkrak pendapatan distributor beras seperti HOKI dan NASI," ucapnya dalam riset, Kamis (28/11).
Selain itu, langkah ini juga diperkirakan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan benih dan pupuk seperti BISI dan SAMF. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari