Pemerintah Menagih Kesiapan Bank Membiayai Senoro



JAKARTA. Proyek untuk menyedot gas dari lapangan Senoro dan Matindok akan segera dimulai. Pekan depan, pemerintah akan mengumpulkan semua pihak yang akan terlibat dalam proyek ini, termasuk bank badan usaha milik negara (BUMN).

Rencananya, pemerintah akan mengundang Bank Mandiri dan Bank BNI. "Kami akan menagih keinginan dan kesiapan mereka untuk mendanai proyek ini," kata Direktur Jenderal Migas Departemen ESDM, Evita Herawati Legowo, kemarin (28/10).

Evita bilang, pemerintah ingin mengetahui sampai sejauh mana kedua bank pelat merah itu mau dan mampu mendanai proyek Senoro secara keseluruhan, mulai dari kegiatan eksplorasi hulu hingga hilir.


Proyek Senoro memerlukan dana yang sangat besar, senilai US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 37 triliun. Sebesar US$ 1,7 miliar diperlukan untuk kegiatan hulu pengeboran gas, dam US$ 2 miliar untuk pembangunan kilang Liquified Natural Gas (LNG).

Pertamina pernah menghitung, lapangan gas Senoro-Matindok memiliki cadangan gas sebesar 1,42 triliun kaki kubik (TCF).Bank Mandiri sebelumnya mengatakan kesiapannya menyediakan dana Rp 10 triliun untuk proyek tersebut.

Direktu Utama Bank Mandiri, Agus Martowardojo, bahkan sudah mengirimkan surat ke Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan kesediaan Mandiri memimpin konsorsium perbankan nasional untuk mendanai proyek tersebut.

Direktur Korporasi Bank Mandiri, Riswinandi, bilang, meski sudah berkomitmen, perbankan masih menunggu kejelasan proyek tersebut sebelum mengucurkan dana.

Sampai saat ini, Senoro masih didera ketidakjelasan harga jual gasnya. Awalnya, konsorsium operator blok, Pertamina dan Medco mematok harga jual gas US$ 6 per MMBTU di well head (mulut sumur).

Cuma, calon pembeli, yakni PT PLN, PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), dan PT Panca Amara Utama (PAU) menginginkan harga jual di well head US$ 4 per MMBTU.

Terakhir, Pertamina dan Medco bersedia menurunkan harga, dengan syarat calon pembeli harus memberikan jaminan bahwa mereka siap menyerap seluruh gas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan