KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan sudah menyelesaikan lelang surat utang negara sepanjang tahun 2020. Pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara terakhir Selasa (8/12), pemerintah hanya memenangkan Rp 6,14 triliun dari penawaran masuk Rp 27,76 triliun. Sepanjang kuartal keempat, pemerintah menjadwalkan 10 kali lelang surat utang negara (SUN) dan SBSN. Dari 10 lelang, pemerintah meraup total Rp 188,94 triliun. Berdasarkan jadwal lelang di website DJPPR, secara total sepanjang 2020, pemerintah meraup dana Rp 748,65 trilun dari lelang SUN dan SBSN. Ini belum termasuk penerbitan surat utang lewat
private placement, surat utang retail, obligasi global, dan
burden sharing dengan Bank Indonesia.
Sepanjang tahun ini, akibat adanya pandemi dan perlambatan ekonomi, pemerintah pun menggenjot penerbitan surat utang sebagai salah satu cara mengumpulkan dana. Berdasarkan Perpres 72/2020, total target penerbitan SBN neto yang dipatok sebesar Rp 1.173, triliun. Angka ini jauh lebih besar dibanding realisasi penerbitan SBN pada tahun 2019 yang hanya Rp 445,76 triliun.
Baca Juga: Kemenkeu sebut realisasi penerbitan SBN telah mencapai Rp 1.071,9 triliun Selain menerbitkan surat utang lewat lelang, pemerintah juga menerbitkan surat utang lewat
private placement total Rp 5,5 triliun di kuartal keempat. Lewat penerbitan surat utang bagi investor ritel kuartal keempat ORI018, ST007, dan Cash Waqf Linked Sukuk, pemerintah meraup Rp 18,40 triliun. Secara total, penerbitan surat utang retail tahun ini mencapai Rp 76,8 triliun. Pemerintah pun melanjutkan
burden sharing dengan BI melalui penerbitan SUN lewat
private placement. Dari tujuh penerbitan sejak kuartal ketiga, pemerintah mengantongi dana Rp 297,03 triliun. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memperkirakan dengan pandemi yang belum ada indikasi akan usai, penerbitan SBN pada tahun depan masih akan tetap besar. Ia memperkirakan jumlahnya tidak akan sebesar tahun ini, namun tetap akan lebih besar dibanding periode normal sebelum ada pandemi. “Tapi untungnya, likuiditas masih akan melimpah. Investor domestik sudah teruji mampu mendominasi dan menjaga stabilitas pasar SBN ketika investor asing menarik diri kemarin. Apalagi, pada tahun depan investor asing perlahan akan menambah porsi investasi mereka, tentunya likuiditas tidak akan jadi masalah,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Selasa (8/12).
Baca Juga: Target kuartalan masih jauh, pemerintah bidik target rendah di lelang SBSN terakhir Senada, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menyatakan, investor asing sejauh ini masih belum sepenuhnya kembali ke pasar obligasi Indonesia. Tercermin dari masih terjadinya
outflow jika dilihat dari kepemilikan SBN.
“Tahun depan investor asing akan kembali masuk, vaksin kan sudah ada diharapkan dapat didistribusikan dengan baik agar kegiatan ekonomi bisa pulih lebih cepat. Hal ini akan membuat penerimaan pemerintah dapat terdorong. Dengan demikian, risiko pun berkurang, sehingga yield dan harga obligasi bisa lebih kompetitif, yang pada akhirnya semakin menarik minat asing,” ujar Fikri. Tak hanya itu, Fikri melihat dengan adanya pembentukan sovereign wealth fund (SWF), likuiditas di pasar keuangan dalam negeri pun akan semakin melimpah mengingat besarnya nilai SWF. “Jadi secara umum, lelang surat utang pada tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Bank Indonesia sendiri masih punya ruang untuk pemangkasan suku bunga yang tentunya jadi sentimen positif untuk pergerakan yield. Ditambah dengan likuiditas yang melimpah, harga dan
yield pada lelang tahun depan akan jadi lebih kompetitif,” kata Fikri. Sementara Ramdhan menilai, dengan yield yang lebih kompetitif,
cost of fund pemerintah pun bisa lebih rendah. Sehingga mungkin akan membuat pemerintah tidak terlalu terbebani seperti pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati